FAKTA-FAKTA Klaster Baru Covid-19 di Sleman, dari Takziah hingga 69 Orang Positif Virus Corona
Berawal dari takziah atau layatan karena ada seorang warganya yang meninggal dunia, kronologi kasus pertama muncul di dua padukuhan.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Klaster baru penularan Covid-19 muncul di dua padukuhan di Kabupaten Sleman, yakni di Padukuhan Plalangan, Pandowoharjo, Sleman dan Padukuhan Blekik, Sardonoharjo, Ngaglik.
Hingga berita ini diturunkan, setidaknya ada 69 warga dinyatakan positiv virus Corona, yakni dari Padukuhan Plalangan 25 orang dan Padukuhan Blekik 44 orang.
Kronologi klaster baru penularan Covid-19 di Sleman berawal dari takziah atau layatan setelah ada seorang warganya yang meninggal dunia, hingga kasus pertama muncul di dua padukuhan di Bumi Sembada.
Kini, dua padukuhan memberlakukan pembatasan lokal atau "lockdown lokal" hingga akses keluar dan masuk wilayah dijaga secara ketat.
Dukuh Plalangan, Pandowoharjo, Sleman, Jamaludin bercerita, saat ini sudah ada 25 warganya yang terkonfirmasi positif terpapar virus Corona.
Penularan bermula ketika 28 Februari lalu ada seorang warga Plalangan yang meninggal dunia (bukan karena Covid-19).
Yang datang takziah cukup banyak, baik dari warga kampung hingga sanak keluarga dari luar daerah.
Beberapa hari kemudian, setelah prosesi pemakaman, dari pihak keluarga ada yang sakit dan dites ternyata positif.
Tracking kemudian massif dilakukan. Menyasar terhadap orang - orang yang diduga kontak erat.
"Hasilnya, yang pertama kena ada 15 orang," kata dia, ditemui Senin (29/3/2021)
Setelah itu, dilakukan pemantauan secara berkala. Ternyata setiap hari, jumlah warga yang dinyatakan positif terus mengalami penambahan.
Hingga saat ini, total ada 25 warga kampung Plalangan yang positif. Sebanyak 15 orang di antaranya sudah sembuh dan selesai dari isolasi.
Namun, pihaknya mencurigai masih ada penularan. Sebab, saat ini ada 12 warganya yang bergejala menyerupai Covid-19, seperti demam, batuk dan pilek.
Swab massal

Karena itu, untuk memutus mata rantai penularan, seluruh warga Kampung Plalangan mengikuti swab antigen dan antibodi secara massal di gedung SD Negeri Nyaen II, kampung setempat, pada Senin (29/3/2021).
Tujuannya, untuk memastikan kesehatan seluruh warga Plalangan. "Total yang mengikuti tes ada 392 warga," tutur dia.
Bukan hanya itu, untuk sementara, akses keluar - masuk di Padukuhan Plalangan juga ditutup dan dijaga ketat. Tamu di luar domisili tidak diperbolehkan masuk. Bahkan di pukul 23.00 - 05.00 jalan kampung ditutup secara total.
Pembatasan akses ini sudah dilakukan sejak 16-29 Maret 2021 dan rencananya akan diberlakukan perpanjangan.
"Lockdown rencananya akan diperpanjang sampai Jumat depan," kata dia.
Kasus kedua
Kasus penularan corona hampir sama juga terjadi di Padukuhan Blekik, Sardonoharjo, Ngaglik.
Penewu Ngaglik, Subagyo mengatakan, hingga saat ini sudah ada 44 warga Blekik yang dinyatakan positif covid-19.
Tracing dan testing sudah dilakukan. Menyasar sekitar 360 warga.
Kasus tersebut saat ini sedang ditangani oleh Satgas Kapanewon, Kalurahan hingga Puskesmas.
Kepala Puskesmas Ngaglik, dr. Yuli Khamidah berkata, kasus penularan bermula dari ada seorang warga Blekik meninggal dunia sekitar pertengahan Bulan Maret. Kemudian digelar acara tahlilan.
Menurutnya, tahlilan bukan hanya diikuti oleh warga Blekik namun diikuti juga oleh warga 3 padukuhan sekitarnya.
Selang setelah itu, ternyata pihak keluarga ada yang positif. Tracing dan testing segera dilakukan. Tracing hari pertama menyasar 170 warga.
"Yang positif saat itu ada 23 orang," ucap dia.
Hari berikutnya tracing kembali dilakukan dengan total mencapai 360 orang, dan 44 orang di antaranya dinyatakan positif.
Yuli mengatakan, warga yang positif saat itu diminta isolasi. Awalnya, akan dilakukan Isolasi mandiri di rumah.
Namun dengan pertimbangan keamanan dan risiko.
Pihaknya bersama Satgas Kapanewon mengusulkan agar warga yang positif diisolasi di selter rusunawa Gemawang. Saat ini semua pasien, kata dia, sudah aman dan terkendali.
"Sekarang kampungnya di lockdown total," kata Yuli. Akses di posko diawasi oleh babinsa, bhabinkamtibmas beserta satgas Kapanewon dan Kalurahan.
Patuhilah protokol!

Juru Bicara Penanganan Covid-19 Kabupaten Sleman, Shavitri Nurmala Dewi meminta masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.
Utamanya menggunakan masker di setiap kegiatan yang dilakukan di luar rumah.
Hal itu menyusul adanya dua padukuhan di Bumi Sembada menjadi klaster penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Berdasarkan hasil identifikasi dari Dinas Kesehatan, menurut dia, munculnya dua klaster yang bermula dari takziah itu, karena masyarakat belakangan ini kurang memperhatikan prokes setelah bergulirnya program vaksinasi.
"Kami berharap mensyarakat tidak mengabaikan Prokes, utamanya memakai masker saat berkegiatan di luar rumah, itu kuncinya," kata dia, Senin (29/3/2021)
Evi, panggilan Shavitri Nurmala Dewi, mengungkapkan, sudah ada puluhan orang yang positif di Padukuhan Plalangan, Pandowoharjo, Sleman maupun Blekik, Sardonoharjo Ngaglik.
Sementara tracing sudah menyasar ratusan orang di masing-masing padukuhan.
Mereka, yang positif sebagian di bawa ke selter isolasi milik Pemkab Sleman dan sebagian lainnya, ada juga yang isolasi mandiri.
Adapun untuk penanganan, menurutnya sudah diserahkan kepada gugus tugas Padukuhan, Kalurahan serta diawasi gugus tugas Kapanewon dan Kabupaten.
Pihaknya mengaku tidak bisa memberikan informasi secara detail soal penanganannya.
"Sementara ini, kami masih menunggu informasi lanjutan dari Dinkes," ujar Evi.
Meski demikian, klaster takziah di dua padukuhan menurutnya menjadi perhatian serius.
Ke depan, Ia berharap masyarakat yang menggelar kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan, maka tidak sungkan mengingatkan warga yang datang untuk selalu menggunakan masker.
Satgas belum optimal

Klaster penularan Covid-19 di DI Yogyakarta masih terus bermunculan meski kebijakan Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro tengah diterapkan.
Kasus terbaru adalah klaster takziah di Dusun Blekik, Desa Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta.
Dalam klaster tersebut, terdapat 44 orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus Corona setelah melakukan pemeriksaan rapid test antigen.
Wakil Sekretariat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, Biwara Yuswantana mengungkapkan, kejadian ini menunjukkan bahwa fungsi pengawasan posko Satgas Covid-19 di DIY belum optimal.
Biwara pun meminta satgas di level desa untuk melakukan pengetatan.
"Kalau kebijakan DIY lebih intens lagi untuk 3T (tracing, testing, treatment)," katanya.
Selain itu, fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat belum memiliki kesadaran penuh terkait potensi penularan Covid-19.
Warga kerap lupa diri jika telah kumpul bersama. Sehingga kembali menerapkan kebiasaan normal seperti sebelum masa pandemi.
"Artinya ini menjadi tantangan bagi posko dan satgas desa. Memang ini kan mengubah adaptasi (masyarakat) tidak mudah. Perlu dicermati itu supaya kemudian jangan muncul klaster baru," terangnya.
Tiap posko juga perlu mematuhi skenario penanganan Covid-19 yang ditetapkan Instruksi Kementerian Dalam Negeri terkait PPKM skala mikro yang juga membahas zonasi resiko penularan Covid-19.
Misalnya, RT yang dikelompokkan sebagai zona oranye harus melakukan penutupan rumah ibadah dan tempat umum lainnya.
Sedangkan di zona merah terdapat pelarangan kerumunan lebih dari tiga orang, membatasi mobilitas keluar rumah di atas jam 8 malam dan meniadakan kegiatan sosial.
Namun dalam pelaksanaan di lapangan, upaya pemantauan sulit dilakukan.
"Ketika ada aktivitas antar RT misalnya, hajatan kan yang datang tidak hanya itu. Artinya kita perlu kehati-hatian yang dari luar itu dari mana," tuturnya. (Tribunjogja.com/rif/tro)