Update Corona di DI Yogyakarta
Ditegur Sri Sultan HB X Soal Klaster Takziah, Pemkab Sleman Perketat Kegiatan Sosial di Masyarakat
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, mengatakan pihaknya akan segera menindaklanjuti teguran dari Sri Sultan HB X dan memperketat kegiatan masyarakat
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
"Peringatan Gubernur, langsung kami tindaklanjuti," ujar dia.

Diketahui, dua padukuhan di Kabupaten Sleman, tepatnya di Padukuhan Plalangan, Pandowoharjo, Sleman dan Padukuhan Blekik, Sardonoharjo, Ngaglik menjadi klaster penularan virus corona.
Kasus pertama yang muncul di dua padukuhan tersebut hampir sama, berawal dari takziah karena ada salah satu warganya yang meninggal dunia.
Saat ini, dua padukuhan dilakukan pembatasan atau lockdown, akses keluar dan masuk kampung pun dijaga ketat.
Baca juga: Sekda DIY Sebut Kerumunan Jadi Penyebab Utama Munculnya Klaster Penularan Baru di DI Yogyakarta
Baca juga: FAKTA-FAKTA Klaster Baru Covid-19 di Sleman, dari Takziah hingga 69 Orang Positif Virus Corona
Teguran Sri Sultan HB X
Sebelumnya, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X melayangkan peringatan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Sleman agar tak lengah melakukan pengawasan kepada warganya hingga level Rukun Tetangga (RT).
"Saya hanya punya harapan bagaimana Sleman itu makin ketat. Mengetati dalam arti pengawasan untuk tidak berkerumun. Ya (Pemda Sleman dan masyarakat) sering seenaknya sendiri," terang Sri Sultan saat ditemui di Kompleks Kepatihan, (30/3/2021).
Raja Keraton Yogyakarta ini lantas meminta masyarakat untuk taat dalam menerapkan protokol kesehatan demi kebaikan mereka sendiri.
Segala aktivitas yang dapat mengundang kerumunan diminta untuk ditiadakan jika sifatnya tak mendesak.

Sri Sultan HB X pun menyayangkan masih ditemuinya kegiatan-kegiatan berkerumun tanpa memperhatikan protokol kesehatan.
Bahkan kegiatan sengaja dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa mengajukan surat izin dan rekomendasi dari posko satgas COVID-19 setempat.
"Tidak ada (acara) perkawinan, ada perkawinan ning didelikke (tapi sembunyi-sembunyi) gitu loh. Saya kira itu yang rugi masyarakat sendiri," terangnya.
( Tribunjogja.com )