Pendidikan
Sebelum Mulai Kuliah Tatap Muka, UPNVY Upayakan Vaksinasi 1.400 Dosen dan Tendik
Vaksinasi merupakan persyaratan sebelum UPNVY bisa membuka kembali perkuliahan tatap muka.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPNVY) merencanakan untuk melakukan vaksinasi kepada 1.400 dosen dan tenaga kependidikan (tendik) di lingkungannya.
Rektor UPNVY, M Irhas Effendi, mengatakan hal itu merupakan persyaratan sebelum pihaknya bisa membuka kembali perkuliahan tatap muka.
"Tentu ini (kuliah tatap muka) harus kami persiapkan dulu dengan vaksinasi massal. Rencananya pada 30 Maret untuk dosen dan tendik total 1.400-an orang. Namun masih menunggu ketersediaan vaksin dari pusat," ujarnya kepada wartawan, Jumat (26/3/2021).
Baca juga: Aris Buntoro Berhasil Lulus Menjadi Lulusan Doktor Pertama UPNVY
Irhas melanjutkan, setelah itu, barulah pihaknya akan mengupayakan pula vaksinasi untuk para mahasiswa UPNVY.
UPNVY menginisiasi program vaksinasi mandiri tersebut bekerja sama dengan beberapa universitas lain, semisal STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, Universitas Amikom, STIE YKPN, dan lain-lain.
"Vaksinasi untuk kampus-kampus di sekitar sini dilakukan di UPN," imbuhnya.
Ia menambahkan, dalam penyelenggaraan hal ini pihaknya bekerja sama dengan dinas kesehatan, STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, dan rumah sakit karena UPNVY tidak memiliki bidang kesehatan.
Baca juga: UPNVY Ajukan Pembukaan Program Doktoral Ilmu Ekonomi
Rencana Juli mulai kuliah tatap muka
Menurut Irhas, pihaknya memiliki rencana mulai melaksanakan perkuliahan tatap muka terbatas pada Juli.
Namun, masih harus memenuhi persyaratan vaksinasi dosen dan tendik terlebih dahulu.
"Terkait kuliah tatap muka kami pernah berkoordiansi dengan Wali Kota, Yogyakarta butuh dukungan peningkatan ekonomi dan salah satu yang terbesar dari para mahasiswa. Jadi bagaimana mengusahakan mahasiswa dari luar itu bisa berada di Yogyakarta," ungkapnya.
"Skenario kami ada tiga tahap sebenarnya, tergantung perkembangan kondisi pandemi ini. Bagaimana transmisi, transportasi, dan sosial ekonomi itu yang menjadi pertimbangan," sambungnya.
Ia menerangkan, jika ketiga kondisi itu darurat, maka akan melahirkan kuliah daring.
Jika sudah mulai masa transisi, pihaknya akan memulai hybrid learning.
"Yakni, sebagian mengikuti kuliah luring dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dan sebagian daring dari kos masing-masing," tambahnya. ( Tribunjogja.com )