Pengangguran Terbuka di Sleman Meningkat Selama Pandemi Covid-19

Kepala Dinas Tenaga Kerja Sleman Sutiasih menyampaikan, angka pengangguran terbuka di Bumi Sembada, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Ahmad Syarifudin
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo didampingi Sutiasih saat melakukan kunjungan kerja di kantor Dinas Tenaga Kerja Sleman, Senin (15/3/2021). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pandemi Covid-19 berpengaruh signifikan terhadap pelbagai sektor.

Satu di antaranya, terhadap jumlah pengangguran terbuka di Bumi Sembada.

Tahun 2020, angkanya mengalami peningkatan, dibanding tahun sebelumnya.

Pemerintah Kabupaten terus berupaya mengatasinya, dengan memberikan sejumlah program pelatihan kepada masyarakat. 

Kepala Dinas Tenaga Kerja Sleman Sutiasih menyampaikan, angka pengangguran terbuka di Bumi Sembada, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5.09 persen atau 35.843 orang.

Namun, hasil pendataan yang dilakukan oleh jawatannya, pada tahun 2020, angka pengangguran terbuka di Sleman ternyata lebih tinggi, yaitu 6.95 persen. 

Baca juga: UPDATE Covid-19 Kulon Progo: Tambah 2 Kasus Baru, Total Keseluruhan 3.259 Kasus DIlaporkan Hari Ini

Jumlah tersebut naik dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan tercatat sebesar 2.9 persen (data Disnaker) atau 1.1 persen (data BPS). Meskipun sama-sama naik namun keduanya mengalami perbedaan angka.

"Karena metode yang digunakan berbeda," kata dia, ditemui di ruang kerjanya, Senin (15/3/2021). 

Sutiasih menjelaskan, BPS mengukur angka pengangguran terbuka di Sleman dengan metode sampling tingkat Kabupaten.

Sementara, Disnaker mengambil data langsung ditingkat Kalurahan dan Kecamatan.

Menurutnya, angka pengangguran terbuka yang menonjol ada di Kecamatan Depok.

Sebab, kata dia, di sana penduduknya relatif lebih banyak di banding kecamatan lain. 

Sementara data terkecil ada di Kecamatan Cangkringan.

Karena disamping berpenduduk lebih sedikit, warga yang tinggal di lereng Merapi tersebut bisa bekerja menambang pasir maupun berjualan.

Dari tingkat kelulusan, menurutnya angka penggangguran terbuka didominasi oleh lulusan SMK. 

"Sebab lulusan SLTA masih lanjut sekolah, sehingga belum masuk angkatan kerja. (Sedangkan) SMK tidak sekolah, apalagi sekarang situasi pandemi. Lapangan pekerjaan menyempit," ungkapnya. 

Sutiasih mengatakan, Disnaker telah melakukan pendataan bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan akibat pandemi.

Baca juga: Sopir Ambulans di Klaten Sulap Ban Mobil Bekas Jadi Akuarium Bernilai Jual Tinggi

Hasilnya, kata dia, selama 2020 ada sebanyak 1.084 orang di Sleman berhenti bekerja.

Rinciannya, 585 orang dirumahkan dan 499 orang dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). 

"Data ini akan kami update lagi tahun ini," ujarnya.  

Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo (KSP) mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten akan terus berupaya mengatasi angka pengangguran di tengah pandemi.

Caranya dengan memberikan program pelatihan melalui balai pelatihan kerja (BLK) maupun Mobile Training Unit (MTU).

Prioritas diberikan kepada mereka yang terkena PHK. 

"Pengangguran di tengah covid ini banyak. Kedepan akan di berikan pelatihan-pelatihan dari Kementerian atau apapun diutamakan untuk masyarakat yang berhenti bekerja. Kemiskinan jangan sampai naik," ujar dia.

Disamping itu, pengentasan kemiskinan juga dilakukan dengan program padat karya. Meksipun bersifat sementara, tapi melalui program dari bantuan keuangan khusus (BKK) itu, diharapakan dapat membantu perekonomian warga. (Rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved