Kisah-kisah Anak Adopsi Mencari Sang Orang Tua di Yogyakarta
Yayasan Mijn Roots, organisasi non-profit yang membantu anak adopsi asal Belanda mencari orang tua kandung di Indonesia,
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Iwan Al Khasni
“Sebenarnya, saya tahu kalau saya diadopsi itu sejak saya duduk di bangku SMP,” kata Emmanuella kepada Tribun Jogja.
Saat itu, dia menemukan foto ibunya dari bulan Juni/Juli 1985 yang cukup janggal. Ibunya tidak terlihat sedang hamil. Padahal, Emmanuella lahir di bulan September 1985 dan membuatnya berpikir, apakah dirinya adalah anak adopsi atau bagaimana.
Ditambah, sejak SD, ia juga sering dikatakan tidak mirip dengan kedua orang tua. Keyakinan itu menguat tatkala ia mempelajari tentang golongan darah saat duduk di bangku SMA. Emmanuella memiliki golongan darah yang berbeda dengan orang tuanya.
Saat itu, dia belum memiliki keinginan untuk mencari siapa sosok kedua orang tua kandung.
Waktu terus bergulir, Emmanuella gigih mencari siapa perempuan yang telah melahirkannya.
Segala hal ia upayakan, termasuk menyebar datanya di internet dan mengikuti tes DNA.
“Jadi, dari bulan Oktober 2020 ini ada seorang bapak yang hubungi saya. Beliau bilang dulu teman baiknya, seorang laki-laki menyerahkan bayi ke RS Pura Ibunda. Nah, permintaan terakhir ke temannya sebelum dia meninggal adalah agar temannya tetap mencari bayi pertamanya ini,” tutur Emmanuella.
Akan tetapi, saat itu dirinya tidak yakin karena perempuan yang melahirkan merupakan perempuan keturunan Tionghoa dan laki-laki merupakan orang Jawa asli.
Maka, karena penasaran, Emmanuella itu pun mengikuti tes DNA untuk melihat prediksi keluarga.
Hasil yang didapatkan cukup mengagetkan. DNA yang ada di dirinya menunjukkan prediksi keluarga yang berdarah Tionghoa.
“Lalu, bapak ini carikan kontak saudara dari perempuan dan saya bertukar pesan dengan adik ipar dari perempuan ini. Beliau menceritakan latar belakang bayi diserahkan ke RS, pada tahun yang sama tapi lupa bulannya,” ungkapnya lagi.
Semakin ke sini, Emmanuella yakin bahwa itu adalah bagian dari keluarganya. Bahkan, keyakinannya mencapai 50 persen. Beberapa cara lain yang dilakukannya untuk membuktikan prediksi keluarga adalah dengan mencocokkan golongan darah, penyakit bawaan, hingga postur tubuh.
“Semua cukup cocok, sih. Maka, saya sudah pesan DNA test kit untuk keluarga itu. Sayangnya, perempuan yang diperkirakan ibu kandung itu sudah meninggal. Maka, yang akan dites adalah adik dari perempuan ini,” tukasnya. ( Tribunjogja.com | Ardike Indah )