Perluas Skrining Covid-19 Selama PPKM Mikro, Pemkot Yogyakarta Andalkan GeNose

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta memperluas upaya skrining kasus Covid-19 di wilayahnya, selama Pembatasan Kegiatan Masyarakat

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Azka Ramadhan
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta memperluas upaya skrining kasus Covid-19 di wilayahnya, selama Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro.

Alat deteksi virus corona hasil inovasi UGM, GeNose pun dijadikan sebagai ujung tombak.

Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, sesuai kebijakan PPKM Mikro, pihaknya memang diminta memperbanyak skrining di zona tertentu.

Sehingga, untuk mempercepat deteksi, maka GeNose jadi pilihan paling realistis.

Sinetron Terpanjang Abad Ini, Tukang Ojek Pengkolan (TOP) Pecahkan Rekor MURI

"Kita andalkan GeNose ini menjadi bagian untuk melakukan skrining di zona merah PPKM Mikro itu ya, karena harus lebih banyak upaya blocking, agar tidak ada sebaran masif di sana. Nah, untuk melakukan skrining tercepat adalah dengan GeNose," jelasnya, Jumat (12/2/2021).

Akan tetapi, ia mengatakan, walaupun akurasinya dipercaya mencapai 90 persen, pihaknya tetap tidak menjadikan hasil test GeNose sebagai diagnosa.

Oleh sebab itu, Pemkot kini  merencanakan pengadaan swab test antigen, yang akan dijadikannya sebagai pengganti PCR.

"Antigen untuk diagnosa, pengganti PCR. Jadi, antigen bisa untuk diagnosa. Ini alternatif lain, karena waktu tunggu PCR itu lama sekali. Nah, kalau GeNose-nya itu kan lebih untuk skrining awalnya saja," ucap Heroe.

Wakil Wali Kota Yogyakarta itu mengungkapkan, dengan memperluas skrining, diharapkan positive rate Covid-19 di wilayahnya pun bisa menurun.

Ia tak menampik, sejauh ini, kasus positif Covid-19 masih cenderung tinggi, karena yang dites hanya mereka yang bergejala saja.

Diduga Sakit, Polisi Tak Temukan Tanda Kekerasan Fisik Pada Jasad Mahasiswa UGM di Gondomanan

"Jadi, sekarang ini positive rate-nya se-Indonesia sama ya, karena semuanya mengikuti petunujuk Kemenkes itu, yang bergejala saja yang diswab," ujarnya.

Menurutnya, perluasan skrining sedikit banyak mengulang apa yang dilakukan pemerintah saat awal pandemi Covid-19 lalu, di mana dari satu kasus positif, terdapat puluhan orang yang dites diagnosanya dengan PCR.

"Modelnya seperti di awal pandemi. Satu orang (positif) lalu kontak eratnya mana saja, itu kita skrining. Jadi, tetap bukan untuk massal ya, tetap skrining kontak erat. Tapi, dalam satu kasus bisa 20-30 skrining," katanya.

"Dulu kan satu kasus bisa 20 orang diswab, dapatnya dua ya, berarti positive rate rendah. Tapi, sekarang yang bergejala. Dalam satu kasus yang kita swab hanya tiga, atau empat. Bisa semua positif, atau tiga di antaranya," lanjut orang nomor dua di kota pelajar itu. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved