Yogyakarta
Pakar Ekonomi UGM Berikan Masukan untuk Pemulihan Ekonomi DIY, Perlu Fokus pada 3 Sektor Ini
Meskipun pertumbuhan ekonomi alami kontraksi, beberapa sektor tertentu masih bergerak ke arah positif, semisal pertanian, informasi, dan kesehatan.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi di DIY mengalami kontraksi sebesar 2,69 persen selama 2020.
Pemerintah daerah (Pemda) DIY pun harus memutar otak agar kontraksi tidak semakin dalam pada 2021.
Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PSEK) UGM, Puthut Indroyono memberikan tanggapan, pertumbuhan ekonomi yang minus 2,69 persen tersebut perlu ditinjau berdasarkan sektor-sektor yang terpengaruh.
Meskipun secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi, menurutnya, beberapa sektor tertentu masih bergerak ke arah positif, semisal pertanian, informasi, dan kesehatan.
Baca juga: Cegah Kontraksi Ekonomi Lebih Dalam, Legislatif Minta Pemda DIY Segera Kendalikan Penularan COVID-19
Dalam konteks pemulihan ekonomi, Puthut mengungkapkan, pemerintah perlu memfokuskan konsentrasi pada sektor-sektor yang paling banyak warga menggantungkan penghidupannya di sana.
Sebab, kondisi pandemi mengakibatkan krisis di masyarakat.
Menurutnya, setidaknya ada tiga sektor unggulan yang perlu menjadi fokus pemulihan ekonomi DIY. Yakni, pertanian, pedagang kecil, dan pariwisata.
“Di sektor mana masyarakat itu sebagian besar menggantungkan hidupnya. Kalau konteks DIY ini, pertanian, kedua pedagang kecil. Di sektor ini 30-40 persen penduduk DIY menggantungkan penghidupannya,” kata Puthut kepada Tribunjogja.com, Jumat (12/2/2021).
Sektor pertanian, lanjut Puthut, di DIY sangat berpeluang untuk menjaga suplai makanan.
Sebab di masa krisis ini yang paling dibutuhkan masyarakat adalah pangan.
Baca juga: Ekonomi DI Yogyakarta Alami Konstraksi, Bappeda DIY Fokus Pulihkan Sosial Ekonomi Masyarakat
Dalam kondisi ketidakpastian, arah kebijakan perlu didorong kepada arah kebutuhan masyarakat.
Berikutnya, yang tak ketinggalan adalah sektor pariwisata.
Puthut menerangkan, sektor pariwisata perlu diperkuat pada model ekonomi pariwisata berbasis masyarakat, alih-alih model modal atau investasi besar.
“Model pariwisata yang berbasis masyarakat punya daya tahan yang lebih kuat. Karena investasi yang dilakukan risiko dan keuntungannya terbagi, berbeda dengan yang mengandalkan investasi besar. Swasta dan masyarakat ada sharing investasi dan keuntungan, sehingga ketika ada penurunan mereka tetap bisa bertahan, tidak ada PHK (pemutusan hubungan kerja),” paparnya. ( Tribunjogja.com )