Pendidikan

Pendidikan Karakter Selama PJJ Harus Disesuaikan dengan Usia Anak, Ini Saran Pakar Pendidikan UNY

Pendidikan karakter untuk anak usia dini dan usia SD masih memerlukan banyak contoh konkrit dan pembiasaan secara langsung.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
englishlive.ef.com
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Seluruh pelajar di DIY hingga kini masih melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang notabene dilaksanakan secara daring.

Satu dari beberapa target pendidikan, yakni pendidikan karakter menjadi tantangan besar selama pembelajaran daring.

Pakar Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Dr Arif Rohman mengatakan, pendidikan karakter untuk anak usia dini dan usia SD masih memerlukan banyak contoh konkrit dan pembiasaan secara langsung.

Ia pun memberikan solusi agar nilai-nilai, moral, dan karakter yang semestinya disampaikan kepada siswa dapat diberikan dalam bentuk video-video singkat yang menarik bagi anak-anak.

UN Ditiadakan, Kepala Sekolah Jelaskan AKM 2021 untuk Menilai Proses Pembelajaran 

“Jadi kalau anak-anak usia kelompok bermain itu kan pembiasaannya dalam proses pembelajaran itu berupa nilai, moral, karakter. Contoh-contoh itu penting. Kalau daring, bisa dengan video, buatkan konten-konten pendek dan praktis tentang nilai-nilai. Yang mengandung nilai-nilai religius, moral, sosial,” ujarnya kepada Tribunjogja.com, Rabu (10/2/2021).

Ia melanjutkan, pemerintah butuh menyiapkan anggaran untuk penyediaan video-video pendek ini. Menurutnya, banyak ahli yang bisa membantu dalam hal ini.

Sementara, untuk siswa SMP dan SMA, menurut Arif, di samping video-video dibutuhkan guru yang mengajak diskusi.

Semisal, tentang apa itu yang baik, terutama untuk mempertanyakan hal-hal soal baik buruk, dan pendidikan hati.

“Penumbuhan karakter kita ini terlalu kognitif, yang afektif hampir tidak ada. Padahal hati yang di dalam badan itu yang menentukan kita menjadi baik. Bagaimana hati menjadi ranah yang penting, jangan dilupakan. Kalau video misalnya antara membantu orang tua, belajar, dan membantu teman yang kesulitan, maka pilih yang mana,” paparnya.

“Selama ini yang terjadi kan parade tugas, ini bahaya bagi anak. Kalau anak yang rajin mungkin sekadar mengerjakan tugas, atau dikerjakan orang tuanya, pembantunya,” sambungnya.

Ini Berbagai Persiapan yang Dilakukan untuk Pembelajaran Tatap Muka di DI Yogyakarta

Disinggung terkait peran orang tua dalam penumbuhan karakter anak, Arif menjelaskan, latar belakang orang tua berbeda-beda, perhatian ke anak sehari-hari juga beragam.

Sebagian orang tua masih lebih mementingkan bekerja.

Hal ini, menurutnya, membuat hasil belajar selama PJJ menjadi sangat beragam.

Sebab dipengaruhi variabel orang tua yang sangat beragam, variabel guru, sementara ukuran evaluasi belajar hampir tidak ada.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved