Peringatan 100 Hari Ki Seno Nugroho, Dalang Ki Manteb Sudarsono Akan Tunaikan Nazar
Dalang Ki Manteb Sudarsono, akan menunaikan nazar di peringatan 100 hari meninggalnya dalang Ki Seno Nugroho.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: ribut raharjo
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Dalang kenamaan dari Karangpandan, Karanganyar, Jateng, Ki Manteb Sudarsono, akan menunaikan nazar di peringatan 100 hari meninggalnya dalang Ki Seno Nugroho.
Nazar itu pernah diungkapkan Ki Manteb Sudarsono secara langsung saat peringatan 7 hari almarhum Ki Seno Nugroho, maupun lewat beberapa konten-konten wawancara You Tube.
Sederet acara --dari jadwal kegiatan yang dibagikan ke publik-- akan digelar Rabu (10/2/2021) di kediaman keluarga Ki Seno Nugroho di Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, DIY.
Acara akan dimulai pukul 13.00 WIB berupa “Ruwat Sukmo Ki Seno Nugroho” oleh Ki Manteb Sudarsono. Dilanjutkan tahlil dan kenduri hingga pukul 17.00 WIB.
Malam harinya, mulai pukul 19.30 WIB digelar serangkaian acara memperingati 100 hari Ki Seno Nugroho yang meninggal dunia pada 3 November 2020 akibat sakit.
Persembahan pertama disajikan Kinan, Jenar, dan Alif. Kinan dan Jenar adalah kakak adik, putri kesayangan Ki Seno Nugroho.
Setelah itu dilanjutkan pentas wayang kulit menampilkan duo dalang Ki Gadhing Pawukir Seno Saputro dan Ki Gadhang Prasetyo.
Keduanya putra kesayangan almarhum Ki Seno Nugroho. Gadhing Pawukir dan Gadhang Prasetyo pertama kali pentas wayang pada 23 Agustus 2020.
Pentas kejutan yang tak diketahui Ki Seno Nugroho memberi hadiah istimewa kepada almarhum saat itu. Ki Seno Nugroho menangis melihat putranya benar-benar tampil mendalang.
Setelah Ki Gadhing Pawukir dan Ki Gadhang Prasetyo, pentas wayang kulit bakal digeber Ki Manteb Sudarsono hingga pukul 24.00 WIB.
Keseluruhan rangkaian acara akan disiarkan secar daring lewat kanal You Tube Ki Seno Nugroho dan Dalang Seno.
Juga siaran langsung di akun media sosial Instagram dan Facebook Wargo Laras Classik dan Dalang Seno Live.
Wargo Laras Siap Lanjutkan Pentas Wayang Climen
Sementara setelah lama absen wayang climen akibat kebijakan ketat pembatasan social, Wargo Laras Classic akan kembali melanjutkan pergelaran mulai Jumat (12/2/2021).
Pentas perdana Wargo Laras diisi Uyon-uyon Wargo Laras persembahan Sobat Ngebyar. Acara disiarkan daring.
Malam berikutnya, Sabtu (13/2/2021), dalang kondang asal Rembang, Ki Sigid Ariyanto, akan pentas climen bersama Wargo Laras.
Sigid Ariyanto ini dikenal murid pertama Ki Seno Nugroho. Ia dalang yang piawai menirukan bagongan khas Ki Seno Nugroho.
Hari berikutnya, Ni Elisha Orcarus Alasho, perempuan dalang asal Sulawesi Tengah, akan tampil perdana setelah sekian bulan absen pentas.
Jadwal pentas berikutnya 23, 26, dan 27 Februari 2021. Secara berurutan menampilkan dalang Ki Kiswan Dwinawaeka dan Ki Geter Pramudji Widodo. Keduanya dalang Wargo Laras.
Meninggalnya Ki Seno Nugroho dan Testimoni Ki Manteb
Dalang Ki Seno Nugroho meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Gamping, 3 November 2020 sekitar pukul 21.30 WIB. Ia wafat pada usia 48 tahun.
Kematian mendadak putra dalang legendaris Ki Suparman ini ditangisi ribuan penggemarnya dari berbagai daerah di Indonesia dan yang berada mancanegara.
Sore sebelum dilarikan ke rumah sakit, Ki Seno Nugroho masih berkeliling kampong naik sepeda. Ia ditemani warga Gayam.
Di perjalanan, Ki Seno Nugroho tiba-tiba merasa lelah dan berkeringat dingin, lalu dijemput dan dibawa pulang ke rumahnya di Gayam.
Malamnya, sekitar pukul 19.00, ia dibawa istrinya ke RS PKU Muhammadiyah, disertai beberapa orang dekatnya. Saat itu Ki Seno Nugroho masih bisa diajak berkomunikasi.
Tak berselang lama, ia mendapatkan penanganan di ICCU, dan akhirnya tidak bisa tertolong. Di detik-detik akhir hidupnya, Ki Seno Nugroho ditemani istri dan beberapa asisten pribadinya.
Ki Seno Nugroho dikebumikan di Astana Semaki Gedhe, Umbulharjo, setelah dilepas lewat upacara tradisi di pendopo Tunggul Pawenang, Gayam.
Ribuan pelayat berdatangan sejak malam hingga melepas almarhum Ki Seno di Semaki Gedhe. Almarhum meninggalkan seorang istri, Agnes Widiasmoro dan tiga anak.
Ki Manteb Sudarsono memiliki kisah panjang berkaitan karir pedalangan Ki Seno Nugroho. Ia tidak bisa hadir di pemakaman dalang yang sudah dianggap anaknya sendiri.
Tapi Ki Manteb Sudarsono hadir di acara peringatan 7 hari almarhum Ki Seno Nugroho, menyerahkan kenang-kenangan tiga wayang ke Gadhing Pawukir, putra Ki Seno Nugroho.
Ki Manteb Sudarsono, mengatakan ia amat sangat kehilangan atas meninggalnya Ki Seno Nugroho.
Ki Seno Nugroho sudah dia anggap anaknya sendiri. Manteb mengatakan pernah menerima permintaan Ki Suparman sebelum meninggal, agar mendidik putranya itu.
Diberitakan Tribunjogja.com beberapa hari sesudah meninggalnya Ki Seno Nugroho, ki Manteb membuat testimoni via kanal You Tube Ki Puthut Wijanarka, dalang asal Sragen.
Ki Puthut saat itu sengaja bertamu ke kediaman Ki Manteb Sudarsono, ditemani Ki Joko Edan, dalang dari Jawa Timur.
Mereka meriung berdiskusi, tepat tiga hari setelah meninggalnya Ki Seno Nugroho. Selain mengungkapkan kesedihannya yang mendalam, Ki Manteb menyampaikan pesan khusus.
Pesan itu ditujukan ke semua penggemar Ki Seno Nugroho, serta secara khusus pesan dan permintaan ditujukan ke putra almarhum, Gading Pawukir.
Ki Puthut Wijanarka di videonya membeber suatu saat pernah mendengar pengakuan Ki Seno Nugroho, ia bisa jadi dalang yang digemari karena Ki Manteb Sudarsono.
Bahkan Ki Seno pernah merasa “habis” ketika ia diminta berduet sepanggung bersama Ki Manteb Sudarsono saat pentas di sebuah perusahaan media di Yogyakarta.
“Mosok saya harus duet sama bapake (Ki Manteb), ibaratnya habis darah waktu itu,” ungkap Ki Putut menceritakan pengakuan Ki Seno bertahun lalu.
Saat itu Ki Manteb Sudarsono sudah sedemikian popular sebagai dalang yang sangat terampil. Sabetannya dan aksi panggungnya amat memukau.
Ki Seno Fans Berat Ki Manteb Sudarsono
Lewat konten video di akun You Tube, beberapa kali Ki Seno Nugroho mengungkapkan, ia mulai fanatik dan ingin mendalang serius sejak pertama kali menonton pertunjukan Ki Manteb Sudarsono di Sasono Hinggil Dwi Abad, Alun-alun Kidul Keraton Yogyakarta.
Saat itu Seno Nugroho muda diajak Ki Suparman, ayahnya. Seno takjub melihat aksi panggung Ki Manteb yang sangat atraktif, lain dari pertunjukan wayang umumnya.
Seno Nugroho menonton pertunjukan semalam suntuk itu sampai selesai. Ia yang menonton di posisi terdepan, sampai menolak saat diajak pulang ayahnya.
Lewat bahasa campuran Jawa dan Indonesia, Ki Manteb secara khusus meminta semua penggemar Ki Seno Nugroho merenung.
“Yang kehilangan bukan hanya kalian, aku kelangan. Seno itu bisa terkenal, laris, aku senang bukan main. Ini berarti apa yang ku tanam benar-benar tumbuh,” kata Ki Manteb.
“Nah, saiki wis dipanggil Gusti, jangkane memang wis tekan semono, kodrate Seno,” lanjutnya sembari meminta siapa saja penggemar fanaik Ki Seno Nugroho merenung.
“Ayo merenung bareng, kalian nanti cari kira-kira siapa dalang yang bisa menggantikan rasa kehilangan Seno. Kira-kira siapa, kalian yang menentukan, bukan saya,” kata ki Manteb.
Dalang yang sabetannya memukai ini mengaku sudah berulang-ulang mengingatkan agar semua dalang dicintai warga.
“Siapapun dalangnya, cintailah, biar wayang kulit semakin membanggakan dan popular. Meski memang setiap penggemar wayang itu pasti punya idola,” kata Ki Manteb.
Kepada putra almarhum Ki Seno, Gadhing Pawukir, secara khusus Ki Manteb Sudarsono menyampaikan sederet pesan, permintaan, sekaligus tawaran.
“Seno itu punya bibit bagus, cucuku Gadhing Pawukir. Ayo nak, bapak sudah tidak ada, aku ya paham bagaimana rasanya kehilangan bapak, tapi sudahilah sedihmu,” pinta Ki Manteb saat itu.
“Kamu tangisi seperti apapun, bapak sudah tiada. Unen-unen mengatakan mikul duwur mendem jero, dadi terusno sejarahe bapakmu,” lanjut Ki Manteb.
“Kamu senang wayangnya Mbah Manteb, ayo belajar sama Mbah Manteb. Bapakmu dulu yang membesarkan ya aku,” lanjutnya.
“Bermain wayang lah yang baik, kalau bisa lebihi bapakmu. Ikhlaskan bapakmu, kamu yang meneruskan dharmanya,” ujar Ki Manteb yang masih terus mendalang di usianya yang cukup sepuh.
“Mau meniru bapakmu, apik. Mau meniru Mbah Mantep, ayo, kapan-kapan suk ketemu Mbah Manteb, tak ajari, mumpung Mbah Manteb masih bisa mengajari,” lanjutnya di depan Ki Putut dan Ki Joko Edan ketika itu. (Tribunjogja.com/xna)