Perjalanan Karir Pelatih SSB Gama Susilo Harso, Berawal dari Pemain Profesional di PSIM Yogyakarta
Mantan pemain PSIM Yogyakarta Susilo Harso memilih untuk menggeluti profesi sebagai pelatih sepakbola pasca gantung sepatu.
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Dari semua hal yang dilakukan Susilo adalah bentuk kecintaanya terhadap sepak bola.
Menjadi pelatih usia dini adalah sebuah keberkahan batin yang ia rasakan selama ini.
"Saya senang ketika melihat anak-anak yang saya latih sukses," kata Susilo sambil menunjukan unggahan foto-foto lamanya di Facebok ketika melatih SSB Gama, di sana tidak sedikit anak-anak yang mengucapkan terimakasih kepada pria kelahiran 22 September 1964 ini .
Tangan dinginnya dalam melatih sepak bola usia muda tak diragukan lagi, sudah banyak pemain top asal Yogyakarta yang ia tempa sejak dini, seperti Topas Pamungkas, Antoni Nugroho, Alexsandro Felix, Bagas Adi, dan banyak lainnya.
Momen itu pun jadi suatu hal yang paling membekas di kepalanya, momen ketika melatih tim PSSI DIY, yang hingga kini menghasilkan banyak pemain profesional.
Jalan sunyi ditempuh Susilo, lantaran keukeuh tidak tertarik dengan melatih tim profesional.
"Saya kurang nyaman dengan sepak bola Indonesia yang kebanyakan tidak fair, banyak suap dan segala macam, itu mengkhianati hati nurani saya.
• Eks Penggawa PSIM Yogyakarta Gelar Pertandingan Persahabatan
• Harapan Eks Pemain PSIM Yogyakarta Topas Wiyantoro untuk Jadi Pelatih Sepak Bola Profesional
Sepak Bola Menjadi Jalan Hidup
Susilo menceritakan kisahnya sewaktu muda , ketika dirinya kesulitan dari segi ekonomi, bahkan sekolah yang harusnya ia selesaikan jadi terbengkalai.
Waktu itu, Susilo memutuskan untuk berlatih lebih keras, dan menempatkan sepak bola sebagai pekerjaannya.
"Saya termasuk orang kurang beruntung, orangtua saya tidak bekerja, keluarga banyak, sepak bola alat cari pekerjaan," kata Susilo.
Untuk membantu keluarga, Susilo kala itu mendapatkan pekerjaan sebagai tenaga administrasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).
Hidupnya kian membaik saat itu, sambil bekerja ia juga tetap berlatih dan bermain untuk PSIM.
Bagi Susilo klub yang bermarkas di Stadion Mandala Krida adalah laboratorium hidupnya.
"Banyak dinamika di sana, selain saya mendapat pekerjaan, saya juga bisa banyak bantu temen saya, tak bisa dikhianati," katanya.