Bisnis
Pertumbuhan Ekonomi DI Yogyakarta Tahun 2020 Alami Kontraksi Sebesar 2,69 Persen
Menurunnya ekonomi DIY tak lepas dari adanya pandemi COVID-19 yang membuat semua sektor terdampak terutama pariwisata.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,69 persen berbeda arah pertumbuhan dibanding tahun 2019 yang tumbuh sebesar 6,59 persen.
Terjadinya kontraksi diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2020 mencapai Rp138,4 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp101,7 triliun.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis BPS DIY, Mainil Asni menjelaskan, secara sektoral, kontraksi terutama dipicu oleh lapangan usaha transportasi serta penyediaan akomodasi dan makan-minum.
"Sepanjang tahun 2020, ada 11 lapangan usaha yang mengalami kontraksi. Di mana kontraksi tertinggi dialami sektor transportasi dan pergudangan sebesar 20,21 persen. Kemudian disusul, penyediaan akomodasi makanan dan minuman sebesar 16,91 persen, serta sektor pelayanan jasa sebesar 15,74 persen," jelasnya melalui konferensi pers melalui kanal resmi BPS DIY, Jumat (05/01/2021).
• Sekda DIY: Ekonomi dan Penerapan Protokol Kesehatan Harus Berjalan Berkesinambungan Saat PSTKM
Menurunnya ekonomi DIY tak lepas dari adanya pandemi COVID-19 yang membuat semua sektor terdampak terutama pariwisata.
Hal ini menjadikan, wisatawan domestik maupun mancanegara mengalami penurunan drastis.
Kegiatan transportasi juga terpuruk dan banyak hotel dan restoran berada di ambang kebangkrutan bahkan ada yang sudah gulung tikar.
"Pangsa pasar DIY mengalami pelemahan selama pandemi COVID-19. Akibatnya, banyak sektor usaha mengalami perlambatan produktivitas sehingga memicu terjadinya PHK," ujarnya.
Selain pertumbuhan sektoral, kinerja ekonomi dapat dilihat dari andil pertumbuhan masing-masing lapangan usaha.
Konstruksi memiliki andil tertinggi terjadinya kontraksi ekonomi.
Andil kontraksi lapangan usaha konstruksi sebesar -1,71 persen.
Kemudian, kontraksi tertinggi selanjutnya adalah penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar -1,65 persen, disusul transportasi dan pergudangan -1,06 persen.
• Pelonggaran Jam Operasional Pusat Perbelajaan Selama PSTKM Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Namun, masih terdapat beberapa lapangan usaha mampu tumbuh positif sehingga perekonomian DIY tidak terpuruk lebih dalam yakni sektor informasi dan komunikasi, jasa kesehatan, dan jasa pendidikan masing-masing menyumbangkan pertumbuhan sebesar 2,20 persen, 0,51 persen, dan 0,39 persen.
Sementara itu, momen nataru 2020 lalu yang diharapkan bisa menjanjikan terjadinya kenaikan ekonomi ternyata belum berhasil.