Erupsi Gunung Merapi
BPPTKG dalam Pengamatan Temukan Kubah Lava Kedua Gunung Merapi di Bagian Tengah Kawah
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, per 4 Februari 2021 teramati adanya pertumbuhan
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, per 4 Februari 2021 teramati adanya pertumbuhan kubah lava baru Gunung Merapi yang berlokasi di tengah kawah.
Pucuk kubah lava tersebut terlihat dari sisi tenggara ke arah Kali Gendol. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, pihaknya telah mencoba untuk kembali mengambil foto kubah lava tersebut hari ini (Jumat, 5/2/2021) menggunakan drone, namun belum berhasil karena tertutup kabut.
"Kami melihat adanya pertumbuhan kubah lava yang ada di tengah kawah. Kami mencoba mengambil foto drone hari ini namun belum berhasil karena selalu tertutup kabut," ujar Hanik, dalam Siaran Informasi BPPTKG "Aktivitas Merapi Terkini", Jumat (5/2/2021).
• Imlek 2021, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) Bakal Digelar Secara Daring
Hanik menjelaskan, untuk asesmen atau potensi bahaya terkait adanya kubah lava itu belum signifikan. Dalam artian, kubah lava masih belum terlalu besar.
"Pertumbuhannya juga sangat lambat dari awal Januari sampai sekarang," imbuh Hanik.
Kubah lava di tengah kawah tersebut merupakan kubah lava kedua yang terlihat pada fase erupsi 2021 Gunung Merapi.
Kubah lava pertama berada di sisi barat daya dan masih terus dipantau oleh BPPTKG.
Volume kubah lava barat daya mencapai 158.000 m3 pada 25 Januari 2021. Sedangkan, pada 28 Januari 2021 menurun menjadi 62.000 m3 karena aktivitas guguran dan awan panas.
Terbaru, pada 4 Februari 2021 volume kubah lava tersebut menjadi 117.000 m3 dengan laju pertumbuhan 13.000 m3/hari.
Hanik menerangkan, dengan demikian saat ini ada dua kubah lava di lereng Merapi yang mengarah ke barat daya dan satu lagi di tengah kubah lava.
Ia menjelaskan, yang mengakibatkan hal ini adalah aktivitas Gunung Merapi saat ini yang membentuk suatu bidang dike, yang menjadi tempat keluarnya magma.
"Kalau diibaratkan saat ini (bentuknya) seperti buku, bentuk tempat aktivitas keluarnya magma ini melebar. Hal ini diketahui dari data hiposenter. Itu memang sejak November dan Desember ada pelebaran hiposenter," terangnya.
"Ujung yang sebelah kiri menembus ke kubah lava 1997, ujung yang sebelah kanan menembus di kubah lava yang ada di tengah. Masih satu area, namun titik lemahnya ada di dua ujung itu tadi," sambung Hanik.
Adapun kecepatan pertumbuhan kubah lava saat ini, menurut Hanik, masih di bawah rata-rata Merapi.
Sementara itu, berdasarkan laporan pengamatan Gunung Merapi minggu ini (29 Januari-4 Februari 2021) awan panas guguran terjadi sebanyak 1 kali dengan jarak luncur 600 m arah barat daya dan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 25 mm dan durasi 100 detik.
Cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut.
Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah.
Tinggi asap maksimum 100 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang pada 31 Januari 2021 pukul 09.30 WIB.
Hanik menuturkan, dalam minggu ini kegempaan Gunung Merapi tercatat 1 kali awan panas guguran (AP), 31 kali gempa Fase Banyak (MP), 574 kali gempa Guguran (RF), 14 kali gempa Hembusan (DG), dan 8 kali gempa Tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu," ungkapnya.
Sementara, deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak
menunjukkan adanya perubahan yang signifikan.
Selain itu, pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 111 mm/jam selama 70 menit di Pos Kaliurang pada 29 Januari 2021.
• PB ESI DIY akan Adakan Rekrutmen Terbuka Atlet Mobile Legend dan PUBG untuk Ikuti Kejuaraan Daerah
Menurut Hanik, dilaporkan adanya penambahan aliran di Kali Boyong pada 3 Februari 2021.
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental tersebut, Hanik menyimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. (uti)