Diskriminasi
TERBARU: Soal Siswi Non Muslim Diharuskan Berjilbab, Pihak SMKN 2 Padang Sudah Minta Maaf
TERBARU: Soal Siswi Non Muslim Diharuskan Berjilbab, Pihak SMKN 2 Padang Sudah Minta Maaf
TRIBUNJOGA.COM - Penerapan aturan sekolah yang diduga kurang tepat terjadi lagi di sekolah negeri.
Padahal sekolah negeri sejatinya dituntut menjunjung tinggi asas Bhineka Tunggal Ika.
Baru baru ini persoalan yang berhubungan dengan keberagamaan di sekolah kembali mencuat.
Sebuah video adu argumen antara orangtua murid dan Wakil Kepala SMKN 2 Padang, Sumatera Barat, viral di media sosial.
Video berdurasi 15 menit 24 detik yang dibagikan akun Facebook EH itu memperlihatkan adu argumen soal kewajiban semua siswi, termasuk yang non-muslim untuk memakai jilbab di sekolah.

Dalam video itu, terdengar suara pria yang menjelaskan bahwa dia dan anaknya adalah non-muslim.
Setelah viral, pihak sekolah pun memberikan keterangan soal video tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, Kepala SMK Negeri 2 Padang, Sumatera Barat, Rusmadi telah menyampaikan permohonan maafnya atas kesalahan dalam penerapan kebijakan seragam sekolah.
Permohonan maaf disampaikan di hadapan puluhan wartawan saat konferensi pers di Padang pada Jumat (22/1/2021) malam.
"Saya menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan dari bidang kesiswaan dan bimbingan konseling (BK) dalam penerapan kebijakan berseragam di sekolah," kata Rusmadi.
Baca juga: INFO Untuk Kamu : Hari Ini dalam Sejarah, TPI Lahir, Terjadi Kudeta APRA Hingga Kelahiran Mbak Tutut
Baca juga: Link Live Streaming BeIN SPORTS Xtra UDINESE vs INTER MILAN Liga Italia Malam Ini
Baca juga: TAMBAH GREGET : Duo Mama Inilah Yang Bikin Alur Cerita Ikatan Cinta Tambah Seru, Siapakah Mereka
Rusmadi mengatakan, persoalan tersebut akan diselesaikan secara bersama dan kekeluargaan.
Bagi siswi yang sempat dipanggil karena tidak memakai jilbab di sekolah, menurut Rusmadi, dapat bersekolah seperti biasa.
"Ananda kita dapat sekolah seperti biasa kembali," kata Rusmadi.
Diberitakan sebelumnya, orangtua murid dalam video tersebut mempertanyakan alasan sekolah negeri membuat aturan tersebut.
"Bagaimana rasanya kalau anak Bapak dipaksa ikut aturan yayasan. Kalau yayasan tidak apa, ini kan negeri," kata pria tersebut.