Siaga Merapi
Antisipasi Bahaya Erupsi Gunung Merapi, Warga Purwobinangun Mengungsi di SD Sanjaya Tritis
Potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang bergeser ke Selatan - Barat Daya memaksa warga Turgo, Purwobinangun mengungsi.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Sehingga, kata dia, Pemkab Sleman sebenarnya tidak mengarahkan warga di sana untuk mengungsi.
"Saudara-saudara kita, warga Purwobinangun yang mengungsi itu hanya karena khawatir saja. Tidak mengungsi pun (sebenarnya) tidak apa-apa," kata dia.
Adapun mengenai para pengungsi di Glagaharjo, Harda mengatakan, potensi ancaman di sana, justru sudah berkurang dengan jarak hanya 3 kilometer saja.
Karenanya, menurut dia, warga yang awalnya mengungsi sudah berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing.
Bahkan, Pemerintah Kabupaten Sleman,--berdasar surat rekomendasi BPPTKG --kemungkinan tidak akan memperpanjang status tanggap darurat bencana erupsi Merapi yang akan berakhir pada 31 Januari mendatang.
Baca juga: Belum Semua Pengungsi Gunung Merapi Dipulangkan, BPPTKG: BPBD Punya Standar Sendiri
Sehingga warga Glagaharjo, yang masih ada di pengungsian, nantinya akan diminta kembali pulang ke rumah masing-masing setelah Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM).
"Kalau masih ada mengungsi Pemkab tidak bisa memberikan apa-apa. Makanya, di Purwobinangun pun kami tidak bisa membiayai. Karena tidak membahayakan," jelas dia.
Bagi warga Purwobinangun yang masih tidur di pengungsian, menurut dia, Pemerintah Kabupaten Sleman hanya bisa memfasilitasi dan memberikan suplemen saja.
Seperti misalnya gula untuk warga jaga malam maupun snack. Itu pun sifatnya sporadis.
"Kalau sifatnya permanen, makan minum. (Sementara) status tanggap darurat dicabut, kami kalau menggunakan anggaran darurat, kami nanti yang salah," terangnya. ( Tribunjogja.com )