Kesaksian Nelayan di Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, Ada Dentuman Keras dan Air Laut Naik

Ketiga nelayan itu bercerita kondisi perairan saat itu tengah dilanda hujan lebat sekitar pukul 15.00-15.30 WIB.

Editor: Muhammad Fatoni
ADEK BERRY / AFP
Anggota tim SAR dan KRI Rigel 933 TNI Angkatan Laut melakukan operasi di laut dekat pulau Lancang pada 10 Januari 2021, di mana sebuah pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-500 jatuh sesaat setelah lepas landas dari bandara Jakarta pada 9 Januari. 

TRIBUNJOGJA.COM - Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di gugusan Kepulauan Seribu, Utara Jakarta, pada Sabtu (9/1/2021) siang.

Sejumlah warga di sekitar pulau Laki dan pulau Lancang, Kepulauan Seribu, ternyata sempat menjadi saksi bagaimana pesat jenis Boeing 737-500 itu jatuh menghujam laut di perairan Kepulauan Seribu.

Para saksi itu di antaranya adalah tiga orang nelayan yang sedang mencari ikan di sekitar pulau Laki dan pulau Lancang.

Kesaksian ketiga nelayan itu disampaikan kepada Polres Kepulauan Seribu sesaat usai kejadian naas tersebut.

Baca juga: UPDATE Jumlah Korban Sriwijaya Air SJ182 Ditemukan Hingga Senin Malam, 45 Kantong Jenazah Dievakuasi

Baca juga: UPDATE KABAR Sriwijaya Air : Satu Korban Teridentifikasi Laki Laki Dewasa Domisili Kramat Jati

Meski ketiga nelayan itu tidak melihat langsung bentuk pesawat tersebut jatuh, namun mereka menyaksikan bagaimana air laut naik hingga sekitar 15 meter sesat setelah pesawat itu jatuh.

”Kemarin ada tiga nelayan memberikan informasi awal pada saat jatuhnya pesawat ini karena mereka tidak melihat langsung pesawat jatuh itu tidak," kata Kapolres Kepulauan Seribu, AKBP Eko Wahyu, di Kapal KN SAR Wisnu, Kepulauan Seribu, Senin (11/1/2021).

Dijelaskan Eko, ketiga nelayan itu bercerita kondisi perairan saat itu tengah dilanda hujan lebat sekitar pukul 15.00-15.30 WIB.

Seketika aktivitas mereka terhenti karena mendengar suara dentuman keras.

Ilustrasi: Pesawat Sriwijaya Air
Ilustrasi: Pesawat Sriwijaya Air (Istimewa)

Ketiga nelayan itu mengaku mendengar jelas dentuman karena jarak mereka hanya sekitar 100 meter dari lokasi pesawat tersebut jatuh.

Yang semakin meyakinkan, adanya air naik beserta serpihan logam ke atas setinggi 15 meter.

”Nelayan itu mendengar suara dentuman keras sekali, terus air naik ke atas sampai 15 meter. Situasi saat itu hujan deras, dia perkirakan antara 100 sampai 150 meter jaraknya dengan lokasi. Di hujan deras sebenarnya untuk penglihatan jarak pandang itu nggak bisa terlalu keliatan," kata Eko.

Awalnya, ketiga nelayan itu tidak curiga dentuman keras itu merupakan pesawat Sriwijaya Air SJY-182 rute Jakarta-Pontianak yang terjatuh. Ketiga nelayan itu justru khawatir adanya tsunami.

"Dikira apa ini, bencana tsunami dan sebagainya ternyata setelah air itu naik ada serpihan-serpihan itu diduga ada jatuh kapal, mereka melaporkan Kapospol, kemudian lapor ke Kapolsek, akhirnya kan kita tindak lanjuti laporan ke atas," jelasnya.

Dari laporan itu, tim langsung mengecek kejadian awal mula dugaan pesawat jatuh itu. Dan, ditemukan kabel-kabel.

"Kecamatan Polsek Kepulauan Seribu Selatan turun langsung dengan alat seadanya dengan para nelayan ya yang ditemukan kabel-kabel itu, serpihan kabel-kabel ada empat bagian itu sore itu," ujarnya.

Pesawat Sriwijaya Air hilang kontak
Pesawat Sriwijaya Air hilang kontak (Kompas TV)
Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved