PSS Sleman
Liga 1 Tidak Jelas, PSS Sleman Belum Lempar Handuk
Manajemen PSS Sleman sudah mempersiapkan rencananya, bahkan mengantisipasi skenario terburuk nantinya.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Tidak kunjung ada kejelasan terkait nasib kompetisi sepak bola Tanah Air, baik Liga 1 dan Liga 2, membuat sejumlah klub mulai lempar handuk.
Dari Madura United, Persipura Jayapura, hingga PSMS Medan memutuskan membubarkan timnya.
Tentu keputusan membubarkan tim cukup beralasan. Bagaimana tidak? kompetisi sepak bola Tanah Air yang bertajuk Liga 1 dan Liga 2 2020/2021 direncanakan bergulir Februari 2021, namun operator kompetisi serta PSSI tak kunjung mengantongi izin dari pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) hingga memasuki pekan kedua di tahun 2021 ini.
Di sisi lain, klub juga dihadapkan situasi yang tak mudah disebabkan ketidakpastian nasib kompetisi ini.
Sebab, mereka memiliki tanggung jawab finansial yang tetap dianggarkan untuk menggaji pelatih, pemain, beserta official.
Baca juga: Pekan Depan, PSS Sleman Bakal Launching Akademi Development Center
Situasi kian pelik, sebab mulai 11-25 Januari pemerintah menerapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di Jawa-Bali.
Pemberlakuan PPKM ini hampir pasti membuat rencana kick-off Liga 1 dan Liga 2 2020/2021 batal lagi.
Ya, tanpa PPKM saja izin dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sudah susah didapat.
Penerapan PPKM juga berpotensi diperpanjang sebagaimana yang pernah terjadi dalam penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) skala nasional beberapa waktu lalu.
Di tengah situasi yang serba sulit ini, Direktur Utama PT Putra Sleman Sembada (PSS), Marco Gracia Paulo menegaskan bahwa jajaran manajemen klub berjuluk Super Elang Jawa masih tetap menjaga komitmennya.
Bahkan dikatakannya, manajemen PSS Sleman sudah mempersiapkan rencananya, bahkan mengantisipasi skenario terburuk nantinya.
Tak dipungkiri Marco, tidak pastinya Liga 1 membuat seluruh klub kesulitan.
Baca juga: PSS Sleman Berkomitmen Orbitkan Pemain Muda
Tidak cairnya uang dari sponsor sehingga membuat manajemen mesti memutar otak untuk membayarkan gaji pemain, tim pelatih, dan ofisial.
Berdasarkan keputusan PSSI, klub diperbolehkan memotong gaji pemain, tim pelatih, dan ofisial dari nilai kontrak yang tertera. Hanya saja, Marco merasa hal tersebut tetap terasa berat.
"Karena ketidakjelasan ini yang membuat semua sudah berdarah-darah, tapi pertolongan tidak datang-datang begitu ya kira-kira. Secara mental, dan pasti juga secara finansial, kami sudah mendapat pukulan telak, kini tambah lagi," ujar eks CEO Badak Lampung ini.
Lebih lanjut, Marco memahami betul keputusan yang diambil beberapa klub yang memutuskan membubarkan timnya di tengah ketidakpastian kompetisi yang terus berlarut.
"Menurut saya, ini sebuah konsekuensi logis. Karena, memang pukulan yang paling telak ialah karena ketidakjelasan Liga 1. Kalau memang sesuatu yang jelas, pasti kita sudah bisa mengantisipasi," ujar Marco.
"Jadi memang kami cukup prihatin dan simpati, tapi semua ini kita hadapi bersama. Dan PSS masih tetap dalam plannya, sampai kemungkinan terburuk. Jadi bersyukur kami masih bisa komitmen sampai hari ini," tambahnya.
Baca juga: Penyerang Muda PSS Sleman Tak Ingin Larut dalam Kekecewaan Gagal Tampil di Piala Dunia U-20
Jaga Psikologis Pemain
Marco paham betul ketidakpastian kompetisi saat ini bukan hanya berat dirasakan oleh seluruh manajemen klub, namun yang paling terkena imbasnya ialah para pesepak bola yang menggantungkan hidup dari sepak bola.
"Semua terpengaruh karena lama tidak latihan, tidak ada kompetisi. Baik fisik, taktik, teknik, dan psikologis terdampak," ujar Marco Gracia Paulo.
Sebagai tim debutan yang tampil apik di musim 2019 lalu, PSS Sleman mematok target yang lebih tinggi tentunya untuk musim 2020 ini. Sayang kompetisi terhenti di tengah hantaman pandemi Covid-19 di Tanah Air.
"Kami juga mempelajari pencapaian musim lalu yang luar biasa. Melihat dukungan besar fans, membuat pemain ikut mati-matian," terang Marco.
"Sekarang kami tidak menghilangkan hal itu, hanya dengan dimensi yang berbeda. Situasi yang lebih baik, kesejahteraan yang lebih baik. Tidak hanya satu atau dua musim, tapi selamanya untuk membangun PSS yang lebih baik," tambahnya.
Sekadar informasi, skuad PSS Sleman memang telah diliburkan sejak beberapa bulan lalu.
Para pemain diminta berlatih mandiri di kampung halaman masing-masing untuk menjaga kondisinya tak menurun drastis saat kembali berkumpul, tak terkecuali pemain asing yang sudah kembali ke negara asalnya. ( Tribunjogja.com )