Penjagaan Kawasan Malioboro Ketat, Malam Tahun Baru Aman dari Kerumunan
Ada 1.200 petugas terdiri dari Polda, Polres dan Polsek serta Satpol PP Kota dan DIY, Jogoboro dan Satgas Komunitas
Selain itu, kata Heroe, juga dilakukan pembatasan pada setia zona di Malioboro. Yang biasanya 500/zona menjadi 300 pengunjung selama liburan tahun baru ini.
Serta mengerahkan semua petugas secara penuh di seluruh Kota Yogyakarta.
Sebab di samping 1.200 di Malioboro dan Tugu, juga semua Satgas Kecamatan juga bersama Camat, Polsek dan Koramil beserta Satpol PP kecamatan dan Linmas ikut monitor dan patroli utk mengurai kerumunan.
Pukul 22.00 sudah sepi
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menjelaskan, pedagang dan pertokoan di kawasan Malioboro jelang pada pukul 22.00 sudah menutup tanpa kecuali sehingga masyarakat tidak bisa nongkrong atau makan dan minum menunggu datang menit pergantian tahun.
Karena memang tidak ada pertunjukan, pesta kembang api atau event dan makanan dan minuman. Maka begitu pedagang dan toko ditutup, maka masyarakat bergegas hendak pulang, ada yang di Parkiran Abu Bakar Ali dan Parkiran BI.
“Sehingga implikasi susahnya kendaraan dan orang yang masuk ke Ring 1 Maliobiro tidak tumpah ruah di tempat-tempat lainnya. Hal yang sejak awal diantisipasi, jika menutup Malioboro maka limpahan kendaraan dan orang akan menyebar ke ruas-ruas jalan lainnya. Sebab malam itu, sebenarnya kendaraan yang berputar-putar cukup banyak,” urai Wawali Kota Yogyakarta ini.
Jadi, lanjut dia, lockdown atau pembatasan akses itu hanya metode atau cara agar tidak terjadi kerumunan. “Dan malam itu, teman-teman wartawan pun juga melihat, tidak terjadi kerumunan. Hanya beberapa saat saja, ketika jelang pergantian tahun, ketika pedagang sudah pada tutup dan orang-orang bergerak menuju tempat parkir untuk pulang yang melewati Titik Nol. Sebab di tempat tersebut, kita jaga penuh agar tidak terjadi kerumunan. Kalau (wartawan Tribun Jogja) malam itu datang dan menyaksikan, tidak terlihat kerumunan. Apalagi jika mengambil gambarnya memakai drone, akan terlihat tidak terjadi kerumunan. Tapi kalo mengambil gambarnya dengan teknik eye level, nampaknya orang penuh,” paparnya.
Jadi istilahnya bukan menolak atau tidak ini, -antara lockdown atau melakukan pembatasan akses- sebab semua mencari metode yang paling efektif menghindari terjadinya kerumunan.
“Dan itu saat pasca tahun baru pun, kita lakukan pembatasan yang sama, bedanya memang tidak seluruh kekuatan turun pada awal Januari ini. Tetapi masih dilakukan pembatasan akses, pembatasan jumlah setiap zonanya. Dan penambahan pasukan Satpol PP dan Linmas. Selain Jogoboro, serta beberapa petugas kepolisian dan TNI. Sebagai upaya untuk menjaga prokes kesehatan. Sebab problemnya adalah kesadaran pengunjung yang datang ke Melioboro mesti harus terus diingatkan setiap saat,” jelas Wawali Heroe Poerwadi. (rbt)