Bagaimana Agar Sampah Tidak Berakhir ke TPST Piyungan? Lakukan Langkah Ini

Salah satu hal yang sebenarnya sederhana, yang bisa kita lakukan dan dimulai dari diri kita sendiri adalah memilah sampah.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
SHUTTERSTOCK.com
Sampah organik yang berasal dari sisa makanan kita bisa diolah menjadi kompos yang menyuburkan tanaman 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan telah penuh, hal ini membuat beberapa waktu lalu akses masuk truk sampah ke lokasi tersebut ditutup.

Hal ini bukanlah kabar baru, karena sebelumnya memang beberapa kali masalah sampah di TPST Piyungan membuat sampah yang ada di seantero DI Yogyakarta menjadi menumpuk dan jadi permasalahan serius.

Mulai dari alat berat yang rusak di lokasi TPST Piyungan, sehingga gunungan sampah menjadi susah tertangani hingga konflik sosial warga sekitar yang harus merasakan beban berat dan hidup berdampingan dengan lautan sampah di dekat rumah mereka.

Kondisi sampah berserakan di bahu jalan TPST Piyungan, Bantul,pada Jumat (18/12/2020)
Kondisi sampah berserakan di bahu jalan TPST Piyungan, Bantul,pada Jumat (18/12/2020) (TRIBUNJOGJA/ Nanda Sagita Ginting)

Sampah yang tak tertangani memang bisa menjadi bencana, namun ada cara yang bisa dilakukan masing-masing rumah untuk melakukan manajemen sampah.

Seperti yang kita tahu, sampah yang ada di TPST Piyungan atau tempat pembuangan akhir lainnya, hulunya adalah di masing-masing rumah.

Suasana TPST Piyungan pada Jumat (18/12/2020).
Suasana TPST Piyungan pada Jumat (18/12/2020). (TRIBUNJOGJA.COM / Nanda Sagita Ginting)

Ketika setiap rumah mampu menangani sampah rumah tangga mereka dengan baik dan benar, maka permasalahan semacam ini tidak akan muncul di kemudian hari.

Karena seberapa luasnya lahan yang disediakan untuk menampung sampah, bila perilaku kita tidak berubah, maka bencana sampah ini tidak akan pernah berakhir.

Baca juga: Telkomsel Lakukan Optimalisasi Tambahan Frekuensi 2,3 GHz Sesuai Arahan Kemkominfo RI

Baca juga: Jadwal Timnas U-19 Indonesia vs Gimnastic Tarragona, Laga Uji Coba Pertama Skuat Garuda di Spanyol

Salah satu hal yang sebenarnya sederhana, yang bisa kita lakukan dan dimulai dari diri kita sendiri adalah memilah sampah.

Buatlah wadah, kantong plastik besar, kardus, karung, atau apapun untuk setiap jenis sampah yang harus dipilah.

Contoh, pisahkan sampah plastik kemasan di wadah tersendiri, begitu pun wadah botol plastik, karton susu, kardus nasi, botol kaca, bahkan minyak sisa atau minya jelantah.

Setelah terkumpul cukup banyak, atau dirasa tempat di rumah kalian tidak cukup untuk menampungnya, maka serahkan sampah yang telah terpilah tersebut ke Bank Sampah terdekat maupun melalui aplikasi penjemputan sampah yang ada di daerah masing-masing, bila tinggal di DI Yogyakarta kalian bisa menggunakan rapel.id.

Katinem (kiri) dan Sri Lestari (kanan) kolektor Rapel yang menjemput sampah rumah tangga hingga ke perumahan elit di Yogya.
Katinem (kiri) dan Sri Lestari (kanan) kolektor Rapel yang menjemput sampah rumah tangga hingga ke perumahan elit di Yogya. (TRIBUNJOGJA.COM / Kurniatul Hidayah)

Lalu, hal yang sama juga diterapkan untuk sampah organik, atau sampah sisa sayur, buah, maupun makanan yang intinya sampah yang bisa membusuk, ke wadah tersendiri.

Selanjutnya, kumpulan sampah organik ini bisa kita gunakan untuk penyubur tanaman dengan terlebih dahulu mengolahnya yakni kita jadikan kompos.

Membuat kompos tidaklah rumit, bahkan tidak ada alat khusus berharga mahal untuk bisa menjadikan sampah organik dapur kita menjadi kompos.

Niat dan kemauanlah yang menjadi harga termahal dalam mengolah kompos ini.

Baca juga: Tujuh Kapanewon di Sleman Masih Jadi Zona Merah Penularan Covid-19, Berikut Daftarnya

Baca juga: Shalat Dhuha Punya Banyak Manfaat Kesehatan, Mulai dari Menangkal Stress hingga Diabetes

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved