Cara Kerja GeNose C19, Alat Pendeteksi Covid-19 Melalui Hembusan Napas Karya UGM Yogyakarta
dr Dian Kesumapramudya Nurputra, seorang anggota tim pembuat GeNose C19 membeberkan cara kerja alat tersebut dalam mendeteksi Covid-19
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Aplikasinya terhubung langsung dengan sistem terkomputerisasi untuk mendapatkan hasil diagnosis secara realtime.
Adapun tim penemu GeNose berasal dari peneliti lintas bidang di UGM, yakni Dr Eng Kuwat Triyana, MSi (FMIPA), dr Dian Kesumapramudya Nurputra, SpA, MSc, PhD (FKKMK), Dr Ahmad Kusumaatmaja (FMIPA), dan dr Mohamad Saifudin Hakim, MSc, PhD (FKKMK).
Dian mengungkapkan, dengan GeNose keputusan yang cepat dan kemampuan mengisolasi pasien positif Covid-19 dalam waktu cepat bisa dilakukan.
“Sehingga kita bisa memisahkan orang sakit dan orang sehat, sementara orang sehat bisa bergerak ke luar untuk menggerakkan proses ekonomi,” ungkapnya.
Kantongi Izin Edar
Alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan napas buatan tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diberi nama GeNose C19 akhirnya resmi mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Kamis (24/12/2020).
Dengan demikian, GeNose C19 mulai dapat diterjunkan untuk membantu penanganan Covid-19 melalui upaya percepatan tracing dan tracking dengan kemampuan sensitivitas 90 persen.
“Alhamdulillah berkat doa dan dukungan luar biasa dari berbagai pihak, tepat hari ini 24 Desember 2020, pukul 15.00, pada hari ke-290, GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar untuk mulai dapat diterjunkan membantu penanganan COVID-19 dengan upaya mempercepat tracing dan tracking sesuai kemampuannya dengan sensitifitas 90%, spesifisitas 96, akurasi 93% dengan PPV 88% dan NPV 95%. Bukan main-main sidang izin edar yang dilalui,” tulis Dian dalam laman Facebook-nya dan telah dikonfirmasi, Jumat (25/12/2020).

Dian mengungkapkan, pihaknya memberi apresiasi kepada tim review uji klinis Kemenkes yang terdiri atas 8 profesor dari UI, UNAIR, Profesi Patologi Klinik, UNHAS, ITB, dan Kemenkes.
“Tim review dengan detil, rigid, namun compassionate mengawal, mengkritisi, dan memberikan masukan, walaupun di-setting serba cepat,” imbuhnya.
Ia menambahkan, dengan keluarnya izin edar GeNose C19 ini, tim akhirnya dapat fokus menyelesaikan manuskrip publikasi.
Ditargetkan, akhir bulan Desember tim peneliti dapat mengajukan naskah publikasi, sehingga secara akademik keandalan GeNose C19 dapat dipertanggungjawabkan.
Baca juga: Inilah Ciri-ciri Ruam Kulit Akibat Gejala COVID-19 Seperti yang Dialami Dewi Persik
Baca juga: UPDATE 25 Desember: Bertambah 7.259 Orang, Kini Jumlah Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 700.000
Meski sudah siap lepas landas, Dian menuturkan, produksi alat GeNose C19 sementara masih terbatas karena terbatasnya modal awal penyertaan produksi di tahap pertama.
Saat ini baru tersedia 100 unit alat dan akan dilanjutkan produksi 100 unit berikutnya.
Menurut Dian, penempatan alat GeNose C19 harus strategis agar manfaatnya langsung berdampak secara luas, disertai dengan protokol quality control yang ketat terutama kendali produksi, SOP pemeriksaan, dan kendali lingkungan di mana GeNose C19 akan ditempatkan.
