Seorang Kepala Sekolah di Medan Dituduh LGBT, Sang Kepsek Buka Suara dan Merasa Difitnah
Kepala sekolah yang dituduh LGBT atau penyuka sesama jenis itu menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidaklah benar.
TRIBUNJOGJA.COM, MEDAN - Seorang kepala Sekolah Dasar (SD) di Medan, Sumatera Utara, dituduh sebagai seorang penyuka sesama jenis.
Bahkan, kepala sekolah tersebut sempat didemo oleh puluhan orangtua dan sebagian guru.
Terkait dengan hal itu, kepala sekolah yang dituduh LGBT atau penyuka sesama jenis itu menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidaklah benar.
Kepala Sekolah (Kepsek) SD Negeri di Medan Tuntungan, berinisial JA buka suara terkait tudingan puluhan orangtua siswa yang melakukan aksi demonstrasi di depan gerbang sekolah, Rabu (23/12/2020).
Dalam aksi tersebut puluhan orangtua dan sebagian guru membawa spanduk bertuliskan 'Kami Menolak Kepsek LGBT' dan 'Kami menolak kepsek yang arogan, otoriter, dan memaki'.
Baca juga: FAKTA Video Asusila Dokter dan Bidan di Jember, Viral di Masyarakat hingga Pengakuan Kedua Pelaku
Baca juga: Kisah Pilu Remaja 14 Tahun Jadi Korban Tindak Asusila 10 Tetangganya, 2 Diantaranya Tokoh Masyarakat
JA menegaskan bahwa tuduhan yang disematkan padanya adalah tidak benar.
"Apa yang mereka lakukan dan segala tuduhan mereka itu, tidak benar. Tetapi mereka merasa benar. Buktinya kenapa mereka tidak meminta izin untuk demo," tuturnya saat dikonfirmasi, Rabu (23/12/2020) di ruangan kepala sekolah.
"Karena bukan kali ini saja mereka demo. Mulai dari bulan 3 sudah ada. Bahkan mengerahkan 100 orang mahasiswa ke sini. Semua yang mereka katakan tidak ada yang benar," imbuhnya.
Ditanya mengenai surat pengunduran diri yang pernah ia layangkan ke Dinas Pendidikan Kota Medan, JA menyebut agar tak membuat kegaduhan.
"Surat pengunduran diri itu karena saya takut mengorbankan anak-anak sekitar 700 siswa. Seperti yang mereka lakukan itu. Itu yang saya pikirkan selama ini. Kalaulah seandainya anak belajar dan mereka ribut-ribut seperti ini, berarti saya dianggap tidak mampu memanajemen sekolah ini. Itunya dulu. Ya sudah kalau itunya permintaan kalian," bebernya.
Namun, JA menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang penyuka sesama jenis seperti yang dituduhkan massa aksi.
"Tetapi saya bukan LGBT. Saya bikin surat pengunduran diri ke dinas pendidikan untuk mengkroscek segala tuduhan-tuduhan mereka. Kalau tuduhan itu benar, silakan ambil tindakan terhadap diri saya," tegasnya.
"Namun karena saya tidak kuat lagi atas perlakukan mereka di sekolah, maka mutasikan saya. Dan saya juga sudah dipanggil oleh Dinas Pendidikan. Bahkan dua kali. Tetapi jawabannya tidak ditemukan kesalahan," tambah JA.
Ia kemudian menceritakan terkait tudingan pria berinisial ZH yang dekat dengannya.
Ia mengatakan, ZH adalah orang yang sakit hati dengan dirinya sehingga memfitnah dirinya.
"Soal ZH dia datang melamar ke sini sebagai Tata Usaha. Tetapi karena saya sudah ada TU maka tidak saya terima. Lalu dia mengaku sebagai sopir gojek online."
Baca juga: Kesepian Ditinggal Istri, Kakek di Imogiri Bantul Lakukan Tindak Asusila Pada Anak di Bawah Umur
Baca juga: Seorang Ayah Lakukan Tindak Asusila pada Anak Kandungnya Sendiri, Polres Playen Turun Tangan
"Nah, sering ada kegiatan di sekolah ini kami memanfaatkan dia untuk memobilisasi anak. Dia kemungkinan, menurut pikiran saya, memiliki have something ke saya tetapi tidak bersambut. Maka dia tulis di medsos, bahwa saya LGBT," tambahnya.
"Dia tulis nama saya di FB kemudian dia tag semua orangtua murid saya. Tulisannya, jangan mau dididik oleh kepala sekolah yang LGBT. Sekarang mereka pegang kalimat itu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, JA menyebutkan ada total 14 guru yang menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang homoseksual dan meminta agar dikeluarkan.
"Ada 14 guru yang menyatakan saya LGBT, lainnya tidak, bersosialisasi dengan saya," pungkasnya.
(Tribun-Medan, Victory Arrival Hutauruk)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul BEGINI Tanggapan Kepsek SD Negeri di Tuntungan soal Tudingan Homoseksual