BPPTKG : Aktivitas Merapi Indikasikan Magma Akan Keluar ke Permukaan

Secara umum aktivitas Gunung Merapi saat ini masih tinggi dan semakin mengindikasikan bahwa magma akan keluar ke permukaan

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Tribunjogja.com | Hasan Sakri
MASIH BERSTATUS SIAGA. Gunung Merapi diabadikan dari Kalitengah Kidul,Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (4/12/2020). Sebulan sudah Gunung Merapi berstatus Siaga dan data aktivitas gunung berapi teraktif didunia tersebut juga terus meningkat. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melaporkan, dari hasil pengamatan aktivitas Gunung Merapi pekan ini (27 November-3 Desember 2020), aktivitas kegempaan Gunung Merapi menurun dibanding minggu lalu. 

Namun demikian, secara umum aktivitas Gunung Merapi saat ini masih tinggi dan semakin mengindikasikan bahwa magma akan keluar ke permukaan. 

Hal itu disampaikan Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, dalam Siaran Informasi Aktivitas Gunung Merapi melalui kanal YouTube BPPTKG, Jumat (5/12/2020). 

"Secara mingguan data pemantauan seismik dan deformasi menunjukkan sedikit penurunan, namun secara umum masih fluktuatif di nilai yang tinggi. Artinya memang ada penurunan tapi ini masih tinggi. Potensi untuk erupsi masih ada," ujar Hanik. 

Baca juga: UPDATE Terkini Aktivitas Gunung Merapi : Intensitas Kegempaan Menurun dan Analisis Morfologi Puncak

Baca juga: Pemekaran Tubuh Gunung Merapi 11 Cm Per Hari, Aktivitas Kegempaan Menurun

Hanik menerangkan, aktivitas seismik maupun deformasi Gunung Merapi saat ini masih tinggi.

Selain itu, aktivitas guguran meningkat yang menyebabkan perubahan morfologi puncak, terbentuk serta berkembangnya rekahan-rekahan di puncak yang menandakan adanya gerakan terus-menerus ke permukaan.

Untuk data morfologi, ungkap Hanik, dari sisi tenggara tidak terjadi perubahan morfologi.

Penampakan Gunung Merapi dari Desa Candibinangun, Pakem dan Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman,  Sabtu (28/11/2020)
Penampakan Gunung Merapi dari Desa Candibinangun, Pakem dan Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (28/11/2020) (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Namun, jika dilihat dari sisi barat terutama pada kawah lava1948 dan lava1988 ada perubahan morfologi yang disebabkan runtuhan dan guguran yang terjadi. 

"Sehingga saat ini arah guguran dominan ke Kali Senowo, Kali Lamat, dan Kali Gendol. Dengan jarak maksimum 3 km ke Kali Lamat," ungkapnya. 

Hanik menuturkan, sampai saat ini belum teramati adanya kubah lava baru di puncak kawah. Selain itu, konsentrasi gas CO2 teramati meningkat. 

"Indikasi tersebut menunjukkan proses desakan magma yang akan keluar ke permukaan," ungkap Hanik. 

Potensi erupsi ke barat dan barat laut

Hanik menjelaskan, berdasarkan data electronic distance measurement (EDM) dan data satelit menunjukkan wilayah barat dan barat laut menjadi wilayah yang berpotensi terancam bahaya erupsi berdasarkan data deformasi dan perubahan morfologi lereng sektor tersebut. 

"Sebab data rekahan-rekahan ada di barat-barat laut dan juga yang di dalam kawah pun cenderung di barat-barat laut," imbuhnya. 

Kendati demikian, lanjutnya, karena bukaan kawah saat ini ke Kali Gendol, yaitu arah selatan dan tenggara maka sudah ada jalan ke arah tersebut.

Kubah lava Gunung Merapi
Kubah lava Gunung Merapi (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Sehingga jika ada potensi bahaya awan panas juga masih mengarah ke sana. 

Jika terjadi erupsi eksplosif, terang Hanik, kemungkinan tidak sebesar erupsi 2010 berdasarkan data bahwa tidak terjadi kegempaan dalam yang menandakan tidak ada tekanan berlebihan di dapur magma.

Selain itu, migrasi magma berlangsung pelan ditunjukkan oleh seismisitas VTB yang terjadi, jumlah dan pola peningkatan kegempaan dan deformasi EDM mengikuti pola 2006 yang mana bersifat efusif, serta banyak terjadi gempa hembusan yang menandakan lepasnya gas. 

Rekomendasi 

"Kami mengingatkan kembali status siaga ini. Sampai sekarang Gunung Merapi ini kondisi aktivitasnya masih tinggi," beber Hanik. 

Ia pun merekomendasikan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III untuk dihentikan sementara ini. 

Kemudian, pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Baca juga: Status Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Resmi Diperpanjang

Baca juga: Update Gunung Merapi, BPPTKG Sebut Sumber Tekanan Magma di Kedalaman 1,3 Kilometer dari Puncak

Tidak melakukan kegiatan di daerah bahaya. 

Selain itu, warga di wilayah KRB III agar mengamankan surat-surat penting/berharga, mengamankan harta bergerak (raja kaya dan raja brana), menyiapkan tas siaga (pakaian, senter, obat-obatan sederhana, radio, handphone/HT, makanan, minuman yang tahan lama) di tempat yang mudah dijangkau.

"Segera mengungsi jika terjadi guguran lava/awan panas yang terus-menerus," tambahnya. 

( tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved