Sampai November 2020, Satu Warga Bantul Meninggal Akibat Leptospirosis 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mengimbau warga Bumi Projotamansari untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Sebab, bukan hanya pandemi, penyakit leptosipirosis juga mengancam.

Hingga November 2020, tercatat 1 warga Bantul meninggal akibat bakteri leptospira itu.  

"Hingga hari ini, ada satu warga Bantul yang meninggal akibat leptosipirosis," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso, atau biasa disapa Oki, Rabu (2/12/2020). 

Baca juga: Masuk Musim Penghujan, Waspadai Penyakit DBD, Diare dan Leptospirosis 

Oki lupa-ingat asal Kapanewon dari warga Bantul yang meninggal karena Leptosipirosis itu.

"Kalau nggak salah dari Kecamatan Jetis," ucapnya. 

Tapi yang pasti, kata dia, dari Januari hingga November 2020, total sudah ada 80 penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul.

Jumlah tersebut menurutnya hampir sama dengan tahun sebelumnya.

"Jumlah kematian tahun lalu juga sama, ada satu,"ucap Oki.

Baca juga: Waspadai DBD dan Leptospirosis di Musim Penghujan

Diketahui, pada  tahun 2019 lalu, jumlah penderita Leptosipirosis di Bantul tercatat ada 67 penderita dan tahun 2018, ada 96 penderita. 

Leptospirosis adalah penyakit infeksi bakteri leptospira yang disebarkan oleh tikus, sering kali melalui air yang terkontaminasi.

Karena itu, Dinkes Bantul mengimbau warga selalu menerapkan pola hidup sehat dan bersih.

Terutama bagi warga yang bersentuhan dengan air kotor, seperti Petani maupun penambang.

Caranya, setelah selesai bekerja segera mandi dan rutin cuci tangan menggunakan sabun. (Tribunjogja.com)