PSS Sleman

Mengenal Lebih Dekat Elwizan Aminuddin, Dokter Tim PSS Sleman

Sebelum bergabung di PSS Sleman, dokter Amin malang melintang ke beberapa tim Tanah Air dari PS Tira, Kalteng Putra, hingga timnas Indonesia U-19.

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Dokumentasi PSS Sleman
Dokter PSS Sleman, Elwizan Aminuddin 

TRIBUNJOGJA.COM - Di balik performa apik sebuah tim sepak bola, ada banyak faktor yang menyertainya, bisa pemain berkualitas maupun pendekatan taktik yang dirancang sang pelatih.

Namun ada hal yang tak kalah vital yakni peran penting dari tim medis.

Bagaimana tidak?

Selain membantu pemulihan pemain dari cedera, tim medis juga bisa membantu peran pelatih.

Apalagi saat ini peran tim medis bakal menjadi sentral di tengah situasi pandemi saat ini, meski sebagian besar tim Tanah Air memilih meliburkan skuatnya lantaran kompetisi yang beberapa kali mengalami penundaan.

Baca juga: Berkomitmen Terhadap Pembinaan Pemain Muda, PSS Sleman Berencana Kembangkan SSB

Nah bicara soal tim medis dalam sebuah tim sepak bola, PSS Sleman musim ini memiliki figur Elwizan Aminuddin atau yang akrab disapa dokter Amin, yang bertanggung jawab penuh menjalankan fungsinya dalam menjaga kebugaran pemain.

"Ini adalah cita-cita saya yang tertunda. Dulu saya memiliki cita-cita menjadi pesepak bola, tapi orang tua saya melarang. Namun sekarang saya bekerja di tim sepak bola, lalu saya berpikir bahwa ini sudah menjadi jalan hidup saya. Dulu tertunda, sekarang terkabulkan," ujar dokter Amin.

"Jadi kalau ditanya kenapa memilih jalan hidup sebagai dokter tim di sepak bola, itu karena cinta. Saya sampai bilang sama istri saya sebelum married, bahwa sepak bola itu istri pertama saya. Saya sudah 10 tahun di sepak bola karena saya cinta. Jadi orang kalau sudah cinta melakukan hal apa aja tuh pasti menikmati, dan saya menikmati itu baik ketika di mess pemain, di situasi latihan, di dalam stadion baik di kandang maupun ketika tandang," lanjutnya.

"Bukankah di dalam hidup itu yang paling ialah hobi yang menghasilkan?," tambahnya.

Namun di samping itu, dokter Amin mengatakan ada hal lain yang membuatnya nyaman berkarier di dunia sepak bola.

Baca juga: PSS Sleman Buka Pendaftaran untuk Pemain Akademi

Menurutnya, dari sepak bola ia bisa menambah banyak teman dari seluruh daerah, dari Aceh sampai Papua.

"Kalau saya bilang, ke kota mana pun saya punya teman baik teman sejawat maupun dari pesepak bola yang pernah satu tim dengan pemain tersebut. Itu menjadi kepuasan tersendiri untuk saya," ujar pria kelahiran 25 April 1982 ini.  

Lebih lanjut dokter Amin mengatakan, dokter tim sepak bola berbeda dengan profesi dokter pada umumnya.

Sebab, jika dokter pada umumnya menangani orang yang sakit, namun dokter tim sepak bola menangani orang sehat namun yang memiliki risiko cedera maupun masalah terkait kesehatan lainnya.

Dijelaskannya, ketika di dalam lapangan, dokter tim memantau setiap gerakan dari pemain yang sedang latihan jadi kita bermain harus konsentrasi penuh dalam memperhatikan mereka.

Dokter tim pun harus sigap terhadap situasi yang terjadi, sebab cedera kepada pemain bisa datang sewaktu-waktu.

Baca juga: Jaga Kondisi dan Lakukan Hobi Jadi Kegiatan Stopper PSS Sleman di Tengah Penundaan Kompetisi

"Kalau di luar lapangan, kita harus selalu up to date dengan kondisi kesehatannya. Pemain itu terkadang sungkan ataupun mungkin agak malu untuk menceritakan apa sih masalah yang di yang dialami. Jadi saya jemput bola untuk melakukan pendekatan mulai dari bertanya kemudian juga dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

Selain itu, ia pun harus membuat laporan terkait kondisi pemain untuk dilaporkan kepada staf pelatih.

Hal tersebut dilakukan agar tim pelatih bisa menyiapkan skema baik ketika latihan maupun menghadapi sebuah pertandingan.

Sebelum bergabung di PSS Sleman, dokter Amin malang melintang ke beberapa tim Tanah Air dari PS Tira, Kalteng Putra, hingga tim nasional Indonesia U-16 dan U-19.

Meski baru bergabung Laskar Sembada pada musim ini, diakuinya Sleman juga DI Yogyakarta bukan tempat yang asing lagi baginya.

"Tahun 2018 saya pernah bersama PS Tira, yang ketika itu berdomisili di sini (Stadion Sultan Agung Bantul-red). Kemudian 2019 dengan Kalteng Putra, dan kembali lagi di Stadion Sultan Agung Bantul. Jujur saya suka dengan Kota Jogja, dengan Sleman terutama, karena dengan klub kemarin kami staynya di Sleman," ujarnya.

Baca juga: Jaga Kondisi dan Lakukan Hobi Jadi Kegiatan Stopper PSS Sleman di Tengah Penundaan Kompetisi

Pengalaman Berkesan bersama timnas Indonesia

Satu di antara pengalaman menjadi dokter tim yang Amin rasakan ialah saat dipercaya sebagai dokter tim nasional Indonesia, baik U-16 maupun U-19.

"Jadi kebanggaan setiap anak bangsa yaitu ingin mempunyai sebuah karya walaupun beda acaranya, mungkin seperti saya karena memilih di sepak bola. Dipanggil ke timnas itu adalah suatu kebanggaan yang luar biasa," ujar dokter Amin.

"AFF U-19 2014 di Vietnam itu pertama kali saya gabung di ajang resmi. Saat di dalam ruang ganti kita berdoa di atas selembar merah putih besar, itu beda rasanya dan itu hawanya beda. Di tambah saat di lapangan di pinggir bench saat ada instrumen lagu Indonesia Raya itu juga rasanya beda. Bahkan sempat waktu itu saya meneteskan air mata," ungkapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved