Guru Honorer yang 11 Tahun Berjalan Susuri Hutan Demi Mengajar Itu Dapat Sepeda dari Pak Wali Kota
Wali Kota Samarinda Sjaharie Jaang memberi hadiah sepeda kepada Berta Bua’dera (48), seorang guru honorer yang rela jalan kaki susuri hutan
Karena gedung sekolah hanya punya dua ruang kelas. Masing-masing ruang ditempati tiga kelas. Disekat pakai tripleks. Tempat duduk para murid dipisah berdasarkan tingkatan kelas. Lantai kelas ubin sudah retak dimana-mana. Tangkup sekolah dari seng juga penuh karat.
Pondasi bagian bekalang gedung juga retak. Bangunan berusia 25 tahun ini, jadi satu-satunya bangunan beton di kampung ini. Sekolah ini induknya di SDN 004 di Kota Samarinda.

SD Filial dibangun Pemkot Samarinda mengakomodasi anak-anak di kampung ini. Sebab, letak kampungnya jauh dari sarana pendidikan. Jarak Samarinda menuju kampung ini sekitar 25 kilometer. Kampung yang dihuni sejak 1982, memiliki luas sekitar 11 hektar.
Kini sudah ada 64 kepala keluarga yang bermukim di kampung ini. Mereka rata-rata bertani dan kebun. Tahun 2000-an, Pemkot Samarinda memasukkan kampung jadi wilayah administrasi Samarinda karena beberapa RT dinilai lebih dekat. Pemkot Samarinda juga membuka jalan penghubung menuju kampung ini dari Samarinda melewati jalur Batu Besaung.
Baca juga: Kisah Sarjana di Banjarnegara Ikuti Wisuda Online di Pusara Sang Ayah, Nadif : Saya Trenyuh Banget
Namun, belakangan proyek semenisasi jalan distop karena Pemkab Kutai Kertanegara menyoal. Terjadi tarik ulur perebutan wilayah kampung ini. Konfik berakhir pada 2012 setelah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak kala itu mengeluarkan SK Nomor 136/590/BKPW-C/I/2012 tentang kepemilikan wilayah oleh Pemda Kutai Kertengara. Keputusan ini memberi konsekuensi nasib SDN Filial.
Gedung sekolah aset punya Pemkot Samarinda tapi lahan milik Pemkab Kutai Kertanegara.
Sampai saat ini kasus ini masih menggantung. Pemkot Samarinda mengaku khawatir perbaiki bangunan itu karena asset berdiri di lahan Pemkab Kukar.
Baca juga: Kisah Pemulung Jujur Asal Kartasura Temukan Uang Rp15 Juta, Tunggu Pemiliknya Hingga Magrib
Terlepas dari polemik kepemilikan lahan, letaknya sekolah yang jauh dan akses masuk yang sulit membuat guru-guru yang mengajar di sekolah ini tidak bertahan lama. Tapi tidak dengan Berta dan Herpina. Kedua masih tetap bertahan mengajar demi mencerdaskan generasi bangsa.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Guru Honorer yang Jalan Kaki Susuri Hutan demi Mengajar Dapat Sepeda dari Walkot Samarinda ",