Pilkada Klaten 2020
Debat Publik Pilkada Klaten Diwarnai Mikrofon Mati, Begini Penjelasan KPU
"Semua akan masuk evaluasi KPU, mulai dari pra pelaksanaan, paslon datang, hingga pelaksanaan. Tadi banyak mik (mikrofon) yang tidak bisa
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Debat publik putaran pertama pemilihan bupati dan wakil bupati (Pilbup) Klaten yang berlangsung di Al Hakiim Covention Hall, Jumat (20/11/2020) diwarnai dengan matinya mikrofon sejumlah peserta.
Meski mikrofon mati itu tidak berlangsung lama dan hanya beberapa saat, namun hal itu mendapat tanggapan dari peserta debat publik tersebut.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Klaten merespon hal itu dan akan mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan debat publik putaran pertama itu. Tidak hanya soal mikrofon mati.
Hal itu ditegaskan oleh Komisioner KPU Klaten, Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM, Wandyo Supriyatno saat ditemui seusai pelaksanaan debat publik tersebut.
"Semua akan masuk evaluasi KPU, mulai dari pra pelaksanaan, paslon datang, hingga pelaksanaan. Tadi banyak mik (mikrofon) yang tidak bisa dipakai paslon. Tapi kan alasannya karena ketidaktaatan paslon juga," ucapnya Jumat (20/11/2020).
Baca juga: DPKP DI Yogyakarta : Pupuk Bersubsidi untuk Petani Masih Tersedia, Angka Serapan Rendah
Baca juga: KPU Bantul Libatkan Penyandang Disabilitas Saat Proses Sortir dan Lipat Surat Suara
"Mik itu sebenarnya tidak perlu dipencet karena sudah diatur oleh operator yang nanti akan hidup dengan sendirinya (otomatis) saat mereka (paslon) berbicara dan mik (paslon) yang lainnya akan mati," tambahnya.
Kemudian, Wandyo juga menegaskan, persoalan mikrofon peserta debat yang sempat mati itu murni kesalahan teknis dan tidak ada berkaitan dengan hal-hal lainnya.
Disisi lain, Wandyo juga mengusulkan jika untuk pelaksanaa debat publik putaran kedua, akan dilaksanakan di lokasi berbeda.
"Besok pindah. Kita usahakan di tempat lain. Lokasi debat kali ini tempatnya terlalu luas sehingga suara tidak bisa terkontrol dengan baik. Terlalu luas untuk peserta yang hanya sebanyak ini," katanya.
Baca juga: Atlet dan Pelatih Voli Pantai DIY Jalani Try Out di Bali Bersama Tim PPLM Indonesia
Baca juga: UPDATE Covid-19 Gunungkidul : Tambahan 6 Kasus Baru dalam 2 Hari Terakhir
Sementara itu, calon bupati Klaten nomor urut 2, One Krisnata yang pada debat itu sempat mengalami mikrofon mati mengaku hal itu merugikan pihaknya karena waktu untuk menjawab pertanyaan terbuang secara sia-sia.
"Jadi, mik itu tadi mati, tahu-tahu hidup lagi. Mik itu dari awal kalau tidak kita tekan mati terus. Harapan saya pada debat kali ini ada dua poin. Pertama terkait audio, mik itu kalau bisa ya hidup terus," katanya.
"Kedua gedung ini kan pantulan suaranya membuat bingung, masyarakat bisa lihat, kalau siapa yang bicara cepat itu sulit dimengerti karena feedback suaranya luar biasa, itu sebabnya saya bicara sepelan mungkin. Mik mati ini pastinya merugikan karena waktu terbuang, harusnya punya 75 detik untuk menjawab pertanyaan, tapi hanya jadi 40 detik," ungkapnya.
Sedangkan paslon lainnya, calon bupati Klaten nomor urut 3, Arif Budiyono mengaku tidak mempermasalahkan soal mikrofonnya yang sempat mati saat menjawab pertanyaan pada salah satu sesi debat publik itu.
"Kalau mik itu sebenarnya dari awal memang gemanya terlalu tinggi ya. Jadi pertanyaan itu tidak terdengar. Tapi tidak merugikan karena akan jadi evaluasi bagi KPU dan tim penyelenggara. Disamping itu, ini juga mohon (kedepannya)AC juga (ditambah) ya. Tadi panasnya luar biasa, apalagi saya pakai, pakaian adat Jawa," tandasnya. (Mur)