Dari Es Krim Hingga Erupsi Gunung Merapi, Seniman Muda Gary Hadameon Pamerkan 67 Karya
Dunia seni rupa Indonesia kini kedatangan talenta muda berdarah Jawa-Batak, seniman muda bernama Gary Hadameon.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
Menurutnya, perupa muda saat ini lebih dimudahkan dengan mengakses berbagai literasi.
Sehingga hal itu menurut Anzieb justru mengancam keaslian garis warna antar perupa satu dengan perupa lainnya.
"Saya berani tegaskan seperti itu karena memang saat ini kondisi perupa muda rata-rata sama, dan mengikuti trend. Dan saya melihat hasil karya Gary ini merupakan garis yang otentik, dan kekanak-kanakan. Garis yang paling jujur adalah garis kekanak-kanakan, garisnya bukan dari hasil mimesis atau meniru," tegas Anzieb.
Masih kata Anzieb, jejak segala kesederhanaan maupun kepolosan itu terlihat jelas pada karya-karya lukisan Gary. Termasuk cara berpikirnya, nalarnya, dan pesan yang ingin disampaikan olehnya.
"Itulah intuisi yang bisa ditangkap pada lukisan Gary. Intuisi dalam budaya Timur atau kultur Indonesia yakni kata batin, atau hati nurani yang sumbernya berasal dari dalam diri sendiri," urainya.
Terinspirasi Pandemi dan Erupsi Merapi
Jika dilihat lebih dekat, garis warna yang diciptakan Gary memang unik.
Terdapat makna yang bersifat subyektif dari setiap guratan warna yang ia bangun.
Emosi dan keresahan itu dapat dirasakan melalui garis warna yang ia ciptakan.
Misalnya, lukisan Blue Ocean 1, yang ia ciptakan selama pandemi berlangsung.
Dengan polosnya, Gary memilih warna biru muda yang segar, layaknya laut biru yang bersih.
Namun, garis aksen berwana coklat gelap muncul di antara warna dasar biru tersebut.
Sehingga seolah-olah terdapat dua ruang ekspresi dalam garis warna yang ia ciptakan.
"Garis aksen itu saya ibaratkan sangkakala Malaikat. Ya peringatan, karena masih pandemi," ungkapnya.
Paling lama saat ia mulai melukis berkisar antara satu jam. Selain lukisan bertema pandemi, Gary juga sempat menangkap gejolak gunung Merapi yang kini sudah naik menjadi level siaga.