Sambil Terbata-bata, Sinden Elisha Ucapkan Selamat Hari Ayah untuk Almarhum Ki Seno Nugroho

Sambil Terbata-bata, Sinden Elisha Ucapkan Selamat Hari Ayah untuk Almarhum Ki Seno Nugroho

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Yudha Kristiawan
Suasana doa bersama peringatan 7 hari meninggalnya Ki Seno Nugroho, Senin (9/11/2020) malam 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kamis 12 November kemarin diperingati sebagai Hari Ayah nasional.

Momen itu pun tak dilewatkan oleh Elisha Orcarus Allosso untuk mengucapkan Hari Ayah kepada almarhum Ki Seno Nugroho.

Ucapan selamat Hari Ayah dari Elisha Orcacus Allosso tersebut disampaikan saat acara uyon-uyon climen Wargo Laras Kamis (12/11/2020) malam kemarin.

Acara uyon-uyon climen Wargo Laras itu disiarkan secara langsung di Channel YouTube Ki Seno Nugroho, Dhalang Seno, dan Gatot Jatayu.

Sambil terbata-bata, Elisha mengucapkan Selamat Hari Ayah untuk sang dalang, sekaligus mengenang almarhum Ki Seno Nugroho yang meninggal akibat serangan jantung pada 3 November lalu di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

“Malam ini secara khusus saya ingin menyampaikan selamat Hari Ayah kepada Pak Seno. Bapak kami yang sudah memberikan banyak hal kepada kami,” kata Elisha.

Malam itu di kediaman keluarga Ki Seno Nugroho di Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Elisha tampil sebagai sinden sekaligus pembawa acara bincang-bincang bersama Wargo Laras.

Selain Elisha, tampil sinden Tatin, Wahyu, Prastiwi, Ndari, dan Ika Suhesti.

Sinden Prastiwi merupakan sinden paling senior, paling lama mengikuti Ki Seno. Bahkan sejak awal-awal Ki Seno mendalang.

Elisha lantas memandu bincang-bincang anggota Wargo Laras di sela-sela uyon-uyon.

“Saya bingung, putus asa,” kenang Prastiwi yang mengenang Ki Seno sosok yang keras.

“Pak Seno itu atos (keras), tapi atosnya itu karena sayang pada kita semua. Bos kita itu atos tapi loma (pemurah),” lanjut Prastiwi.

“Pak Seno itu seperti masih ada di sekeliling kita,” kenang Wahyu yang sudah sekitar 15 tahun jadi sinden Ki Seno Nugroho.

Wahyu memiliki pengalaman istimewa sepanjang kariernya jadi waranggana Wargo Laras. Terutama saat ia mengalami masa-masa sulit beberapa tahun lalu.

Selama lebih kurang dua tahun, Wahyu kehilangan suara emasnya. Ia tidak mampu menembang, tapi tetap dipertahankan Ki Seno Nugroho.

Suatu saat ia mengatakan ingin mundur dari Wargo Laras, dan akan bergabubng lagi jika suaranya pulih kembali.

“Pak Seno menjawab, ngapain kamu mau keluar? Saya jawab, saya nggak enak sama teman Pak,” kenang Wahyu.

”Pak Seno bilang, kamu ikut aku, bukan orang lain. Kalau kamu nggak berangkat, kamu bakal terpuruk,” ujar Wahyu menirukan kata-kata Ki Seno.

“Kamu tetap berangkat, berdandan, tampil. Bisa atau tidak nembang, kamu saya bayar seperti yang lain,” lanjut Wahyu mengulang kata-kata Ki Seno.

Sinden Ika Suhesti saat diminta kenang-kenangan terhadap Ki Seno, mengaku sampai hari ini merasa bermimpi.

"Saya itu seperti ingin bangun dari mimpi,” katanya mengungkapkan perasaan ditinggal almarhum.

Ika merasa dirinya ditemukan Ki Seno, dibimbing, diangkat sampai seperti sekarang bisa menyinden. Dulunya, ia hanya penyanyi daerah.

“Saya tidak bisa nyinden,” kata Ika.

Tapi suatu saat ketika ada acara di Wonosari, dan Ki Seno datang, ia langsung ditawari gabung Wargo Laras.

“Ayo ikut aku,” kata Ika menirukan ajakan Ki Seno.

“Tapi saya tidak bisa apa-apa Pak,” jawab Ika waktu itu.

“Tidak apa-apa, suaramu bagus. Besok-besok belajar,” pesan Ki Seno Nugroho ditirukan Ika Suhesti yang mengaku modal lagunya waktu itu hanya beberapa lagu, antara lain Caping Gunung.

Suasana doa bersama memperingati meninggalnya Ki Seno Nugroho, Senin (9/11/2020) malam
Suasana doa bersama memperingati meninggalnya Ki Seno Nugroho, Senin (9/11/2020) malam (Tribun Jogja/ Yudha Kristiawan)

Pentas Wargo Laras digelar hampir dua pekan sepeninggal Ki Seno Nugroho akibat sakit di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Selasa (3/11/2020) lalu.

Pentas Kamis malam menyajikan uyon-uyon sebagai pemanasan.

Sedangkan pentas kedua, Jumat (13/11/2020), menampilkan dalang Wargo Laras; Ki Geter Pramudji Widodo, Ki Kiswan Dwi Nawaeka.

Penampilan spesial akan ditunjukkan Nyi Elisha Orcarus Allaso, perempuan dalang asal Lambelu, Morowali, Sulawesi Tengah.

Selama ini Elisha dikenal pesinden milenial, digemari banyak orang, terutama penggemar wayang kulit Ki Seno Nugroho.

Lulusan jurusan pedalangan ISI Yogyakarta ini dikenal piawai melayani banyolan-banyolan Ki Seno Nugroho di pangung.

Sinden Elisha Orcarus yang master ilmu psikologi ini juga kerap jadi bintang tamu di pentas-pentas wayang kulit dalang lain, dan di berbagai acara kebudayaan.

Kabar rencana pentas Wargo Laras ini dibenarkan Gatot Jatayu, orang dekat almarhum Ki Seno Nugroho yang juga kru Wargo Laras.

“Rencananya begitu Mas, Kamis uyon-uyon, Jumat wayang climen,” kata Gatot Jatayu lewat pesan pendek ke Tribunjogja.com.

Lewat tayangan video di channel You Tube M Nawir, vloger yang menemui Ki Kiswan, juga diperoleh keterangan sama.

Penegasan disampaikan Pak Mantri, pengendang Wargo Laras, orang yang dituakan di kelompok ini. Menurut keduanya, pentas wayang kulit climen akan digelar Jumat malam.

Ki Geter Pramudji Widodo dan Ki Kiswan Dwi Nawaeka, selama ini ikut Ki Seno Nugroho sebagai pengrawit.

Namun keduanya memiliki kemampuan mendalang, dan sudah pernah pentas.

Bahkan Ki Geter pernah meneruskan pementasan wayang kulit Ki Seno Nugroho di Jakarta, saat almarhum mendadak sakit dan tidak mampu melanjutkan mendalang.

Menurut Pak Mantri, yang pernah jadi pengendang Ki Hadi Sugito dan Ki Tono Hadi Sugito, grup Wargo Laras masih utuh dan kompak.

Karena mereka harus memulai dari bawah lagi sepeninggal Ki Seno Nugroho, Wargo Laras memulainya lewat acara uyon-uyon daring. Dilanjutkan malam berikutnya pentas wayang.

“Yang pentas Mas Kiswan, Mas Geter, dan Mbak Elisha. Kita berjuang mempromosikan kami,” kata Pak Mantri di kediaman Kiswan.

“Mewakili Wargo Laras, tetep berkomitmen mempertahankan grup ini, seperti diwasiatkan Pak Seno,” kata Pak Mantri.

Pekan lalu, lewat pesan panjang yang dikirimkan ke Tribunjogja.com, Elisha Orcarus mengaku sudah menyiapkan rencana-rencana ke depan untuk Wargo Laras.

Ia sudah bangkit dari keterpurukan dan kesedihan ditinggal Ki Seno Nugroho, dan merancang sejumlah skenario untuk kelompoknya.

Elisha terus mendiskusikan rencana-rencana ini dengan teman-temannya, supaya Wargo Laras tetap berdiri, bisa jalan, mungkin jadi vendor, atau apa karena kelompok ini sudah memiliki penggemar tersendiri.

“Mereka cinta Pak Seno, cinta Wargo Laras. Saya mengajak Wargo Laras bangkit bersama-sama, pakai sistem baru yang modern. Warisan Pak Seno kan ya strimingnya, ya Wargo Laras, ya sistemnya yang selama ini tinggal jalan. Kita jalan saja pertunjukan sudah jadi,” kata Elisha.

“Kalau Pak Seno ada pun, pastinya beliau ingin tetap jalan. Wargo Laras bisa jalan sama dalang lain juga. Climen itu kita saling menguatkan, kita bisa pentas dengan cara apapun,” imbuhnya.

Menurut Elisha, cara ini harus dilakukan pelan-pelan, dan ia berharap bisa diterima masyarakat melihat daya tarik yang akan ditawarkan Wargo Laras.

“Kita terima tawaran-tawaran baru lagi. Tapi memang beda. Dulu ada Pak Seno mantap, kuat, sekarang mau nggak mau akhirnya bersama-sama, manajemen bersama,” kata Elisha.

(Tribunjogja.com/xna)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved