Makna Filosofis Tiga Wayang yang Diwariskan Ki Manteb Sudarsono kepada Gading Pawukir

Ki Manteb tak sembarangan memberikan tiga sosok wayang kepada Gading Pawukir, yang digadang-gadang kelak bakal menjadi penerus Ki Seno Nugroho

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
YouTube Gatot Jatayu/Tribun Batam
Ki Manteb Sudarsono dan Gading Pawukir Seno Saputro (kanan) 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Ada makna filosofis khusus saat dalang kondang Ki Manteb Sudarsono memberikan tiga wayang kepada putra mendiang Ki Seno Nugroho, Gading Pawukir.

Tiga wayang tersebut diberikan Ki Manteb kepada Gading Pawukir saat malam doa bersama tujuh hari meninggalnya Ki Seno Nugroho, Senin (9/11/2020) tadi malam.

Ki Manteb pun tak sembarangan memberikan tiga sosok wayang kepada Gading Pawukir, yang digadang-gadang kelak bakal menjadi penerus Ki Seno Nugroho.

Tiga wayang yang diberikan Ki Manteb adalah Gatotkaca, Janoko dan Buta Cakil.

Baca juga: Terima Kabar Ki Seno Nugroho Wafat, Ki Manteb Sudharsono Kaget, Hape Terlempar Jatuh dan Pecah

Baca juga: Tawaran Pak Manteb kepada Gading Pawukir Seno Saputro Anak Ki Seno Nugroho

Melalui pemberian tiga wayang itu, ternyata Ki Manteb secara tersirat menitipkan pesan khusus pada putra Ki Seno Nugroho tersbeut.

Menurut Ki Manteb, pemberian tiga wayang tersebut dengan harapan kelak Gading dapat meneruskan dharma sang Ayah, khususnya di dunia pewayangan. 

Ki Manteb mengatakan, wayang yang diberikan kepada Gading, termasuk Gatotkaca, merupakan wayang sabetan.

Adapun untuk pemberian wayang Janoko dan Buta Cakil, kata Ki Manteb, adalah dua tokoh wayang yang selalu dimainkan dalam perang kembang itu, yang memiliki makna tersendiri. 

"Susah-susahnya memainkan wayang itu Perang Cakil. Maka dari itu, si Gading saya gadang-gadang bisa memainkan perang cakil supaya bagus. Paling tidak seperti saya," ucapnya seusai memberikan wayang kepada Gading Pawukir di Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Senin (9/11/2020) malam. 

Anak Ki Seno Nugroho, Gading Pawukir dan Nizar menunjukkan wayang pemberian Ki Manteb Sudharsono.
Anak Ki Seno Nugroho, Gading Pawukir dan Nizar menunjukkan wayang pemberian Ki Manteb Sudharsono. (TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin)

Perang cakil atau perang kembang antara Janoko dan Buta Cakil menurutnya adalah perang Gendiran.

Saat memainkan adegan perang tersebut, sang dalang harus bisa memainkan dua tokoh wayang yang saling berlainan gerak.

"Satu tangan (geraknya) pecilakan, satu tangan lainnya halus. Jadi paling sulit," jelas Ki Manteb. 

Pemberian wayang kepada Gading juga dimaksudkan supaya anak Ki Seno Nugroho itu tumbuh rasa cintanya terhadap dunia perwayangan.

"Saya gadang-gadang memang bisa melebihi bapaknya," harap dia. 

Beri Tambahan Nama

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved