Penjelasan BPPTKG Yogyakarta Terkait Guguran Lava di Puncak Gunung Merapi, Tanpa Disertai Awan Panas

Sempat terjadi guguran dengan jarak luncur 750 m ke arah barat laut dan 3.000 m ke arah barat dari puncak Gunung Merapi

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/Rendika
Visual guguran Gunung Merapi yang terjadi sekitar pukul 12.00 WIB, Minggu (8/11/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Status Gunung Merapi saat ini berada di level Siaga atau level III.

Dan aktivitas berupa intensitas kegempaan di Merapi pun dilaporkan mengalami peningkatan.

Termasuk adanya guguran yang berasal dari puncak Gunung Merapi.

Terkait hal tersebut, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memberikan penjelasannya.

Sebelumnya, pada Senin (9/11/2020) BPPTKG Yogyakarta melaporkan hasil pengamatan Gunung Merapi pada satu hari sebelumnya, yakni Minggu (8/11/2020) pukul 00.00-24.00 WIB.

Sempat terjadi guguran dengan jarak luncur 750 m ke arah barat laut dan 3.000 m ke arah barat dari puncak Gunung Merapi, Minggu (8/11/2020) sekitar pukul 12.50 WIB.

Baca juga: UPDATE Siaga Merapi, Pemdes Tegalmulyo Klaten Siapkan 4 Titik Pengungsian, Mampu Tampung 500 Orang

Baca juga: Bupati Magelang: Jalur Evakuasi di Lereng Merapi Masih Ada yang Rusak, Akan Segera Diperbaiki

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan guguran yang terjadi siang itu merupakan fenomena yang biasa terjadi di Gunung Merapi.

"Guguran tadi juga tidak disertai dengan kejadian awan panas. Kejadiannya sekitar pukul 12.50 WIB. Kejadian guguran seperti ini biasa terjadi, apalagi saat ada kenaikan aktivitas Gunung Merapi seperti saat ini," tutur Hanik.

"Untuk potensi bahaya saat ini masih sesuai rekomendasi, yaitu guguran lava, lontaran material vulkanik dari erupsi eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal 5 km dari puncak Merapi," sambungnya.

Dari hasil amatan BPPTKG periode Minggu (8/11/2020) pukul 00.00-24.00 WIB disampaikan bahwa laju rata-rata deformasi atau penggembungan tubuh Gunung Merapi yang teramati melalui electronic distance measurement (EDM) Babadan adalah sebesar 12 cm/hari.

Kondisi Gunung Merapi yang diamati dari PGM Babadan, Minggu (8/11/2020).
Kondisi Gunung Merapi yang diamati dari PGM Babadan, Minggu (8/11/2020). (twitter BPPTKG)

Sedangkan secara kegempaan, terjadi 71 gempa guguran, 2 gempa low frequency, 351 gempa hybrid/fase banyak, 31 gempa vulkanik dangkal, 1 gempa tektonik, dan 88 gempa hembusan.

Secara visual, asap berwarna putih, intensitas tebal dengan ketinggian 20-150 m di atas puncak.

Sejak 5 November 2020, BPPTKG telah menetapkan Gunung Merapi berstatus Siaga (level III). 

Dengan status tersebut, BPPTKG menyimpulkan prakiraan daerah bahaya meliputi Kabupaten Sleman, DIY, di Kecamatan Cangkringan; Desa Glagaharjo (Dusun Kalitengah Lor), Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem) dan Desa Umbulharjo (Dusun Palemsari).

Selanjutnya, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Kecamatan Dukun; Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar); Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono); dan Desa Paten (Babadan 1, Babadan 2).

Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah di Kecamatan Selo; Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran, Belang); Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur); dan Desa Jrakah (Dusun Jarak, Sepi).

Warga Dukuh Pajegan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten menaiki mobil untuk mengungsi ke barak pengungsian sementara, Minggu (8/11/2020).
Warga Dukuh Pajegan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten menaiki mobil untuk mengungsi ke barak pengungsian sementara, Minggu (8/11/2020). (TRIBUNJOGJA.COM / Almurfi Syofyan)

Selain itu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah di Kecamatan Kemalang; Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur); Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles); dan Desa Balerante (Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang).

Hanik menambahkan, penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.

Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Di samping itu, pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.

Pesan Juru Kunci Merapi

Juru kunci Gunung Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo Asihono, memberikan pesan kepada warga sekitar terkait peningkatan status Merapi yang kini di level Siaga.

Mas Asih, sapaan akrabnya, meminta pada warga yang tinggal dan hidup di lereng Gunung Merapi untuk meningkatkan kewaspadaan serta mengikuti anjuran pemerintah.

"Kenaikan dari waspada ke siaga, kalau menurut saya memang ada peningkatan (aktivitas Gunung Merapi) yang agak cepat," ujar pria yang akrab disapa Mas Asih itu saat ditemui Kompas.com, Sabtu (7/11/2020).

Mas Asih juga meminta agar masyarakat tak lengah.

"Kita harus hati-hati, menjaga keselamatan dan jangan lengah untuk memperhatikan Merapi itu sendiri. Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas," jelasnya.

Masbekel Anom Suraksosihono atau akrab disapa Mbah Asih, juru kunci Gunung Merapi.
Masbekel Anom Suraksosihono atau akrab disapa Mbah Asih, juru kunci Gunung Merapi. ((Kompas.com/Markus Yuwono))

Menurutnya, saat status waspada, radius bahaya berada dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Saat status siaga, radius bahaya berada dalam radius lima kilometer.

Mas Asih meminta masyarakat tak beraktivitas di radius bahaya tersebut.

"Aktivitas (masyarakat) jangan sampai melanggar (masuk) ke 5 Km dari puncak. Itu untuk menjaga kemanan supaya semua itu agar dalam aktivitas itu bisa tenang, dan selamat," urainya.

Destinasi wisata atau pedagang yang berada di radius lima kilometer dari puncak gunung tak beraktivitas sejak kemarin.

Baca juga: BREAKING NEWS : Pemkab Magelang Tutup Semua Daya Tarik Wisata di KRB III Gunung Merapi

Baca juga: Ini Daftar 13 Obyek Wisata di Kabupaten Magelang yang Ditutup Pasca-status Siaga Gunung Merapi

Masyarakat diminta mematuhi anjuran pemerintah dan rekomendasi dari BPPTKG Yogyakarta, termasuk saat diminta mengungsi.

Namun demikian, masyarakat di lereng gunung sudah memahami hal yang perlu dilakukan saat aktivitas Merapi meningkat.

Sebab, masyarakat sudah memiliki pengalaman saat erupsi 2010.

"Iya, sebenarnya masyarakat sudah sadar dengan kondisi Merapi ada peningkatan itu mereka menyesuaikan, karena sudah pengalaman tahun 2010. Jadi tanpa disuruh saja mereka sudah sadar sendiri bahwa memang berbahaya," jelasnya.

( tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved