Bisnis

PHRI DI Yogyakarta Pastikan Anggotanya Tak Naikkan Harga Kamar Hotel dengan Tidak Wajar

Anggota PHRI rata-rata masih menerapkan harga promo saat libur panjang akhir pekan kemarin.

Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Gaya Lufityanti
Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono 

TRIBUNJOGJA.COM - Libur akhir pekan pada 28 oktober-1 November kemarin menyisakan catatan bagi Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY.

Ketua PHRI Deddy Pranowo Eryono mendengar isu bahwa ada hotel atau penginapan yang menaikan harga tidak wajar.

Deddy sendiri memastikan bahwa anggota PHRI tak ada yang menaikan harga yang tidak wajar.

Ia menjelaskan bahwa saat libur panjang akhir pekan kemarin, tingkat okupansi di DIY melonjak tinggi.

Dari 400 hotel dan restoran yang menjadi anggota PHRI, hanya 142 saja yang beroperasi.

Baca juga: PHRI : Petugas Hotel Harus Berikan Informasi yang Tepat terkait Kondisi Yogyakarta Saat Ini

Dari jumlah tersebut, okupansi rata-rata di semua kelas hotel mencapai 95% dari total jumlah total kamar yang ada.

Di mana kamar yang dibuka sebanyak 70%.

"Tingkat okupansi tinggi belum menutup operasional, tapi membantu mengurangi kerugian karna harganya masih harga promo. Dan PHRI sudah sepakat jika memang dinaikkan, adalah dengan harga lama sebelum pandemi itu batas atasnya," jelasnya, Minggu (8/11/2020).

Namun demikian, ia menekankan bahwa anggota PHRI rata-rata masih menerapkan harga promo saat libur panjang akhir pekan kemarin.

Yang menjadi catatannya, ia sempat mendapatkan kabar bahwa ada hotel yang menaikkan harga tidak wajar, atau berkali lipat dengan harga normal.

"Saat saya baca di media, orang itu belum menginap tapi membandingkan harga. Dan yang dibandingkan adalah kamar yang berbeda. Misalnya kamar standar dibandingkan kamar suit, ya tentu harganya berbeda," jelasnya.

Baca juga: PHRI DI Yogyakarta Ingatkan Calon Penerima Dana Hibah Kemenparekraf untuk Perhatikan Karyawan

Pun demikian, Deddy juga telah melakukan penulusuran dan anggota PHRI tak ada yang menaikkan harga dengan tidak wajar.

Jika benar adanya, maka hal itu disebutnya bisa mempengaruhi citra Yogyakarta.

"Ini berpengaruh,kita sesalkan kalau itu ada. Walaupun isu itu belum terbukti. Jadi jangan diterima mentah-mentah. Dan kami berharap ini bisa jadi perhatian dari pemerintah," imbuhnya.  

Deddy menjelaskan, dari 400 hotel dan restoran yang menjadi anggota PHRI, hanya 142 saja yang beroperasi.

Dari jumlah tersebut, okupansi rata-rata di semua kelas hotel mencapai 95% dari total jumlah total kamar yang ada. D

i mana kamar yang dibuka sabanyak 70%.

"Dan anggota PHRI dipastikan tidak menaikan dengan tidak wajar," tegasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved