PSS Sleman

Mengenal Lebih Dekat Fisioterapis PSS Sleman, Lutfinanda Amary

Menjadi fisioterapis timnas U-19 Indonesia merupakan satu di antara pengalaman terbaiknya sepanjang karier sebagai fisioterapis sepak bola.

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Media Official PSS Sleman
Fisioterapis PSS Sleman, Lutfinanda Amary. 

Diakui Lutfi, menjadi fisioterapis timnas U-19 Indonesia merupakan satu di antara pengalaman terbaiknya sepanjang karier sebagai fisioterapis sepak bola.

Apalagi, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang pesepak bola.

Namun ia tidak mendapatkan restu dari orangtua lantaran stigma negatif masa depan pesepak bola dinilai tak menjanjikan.

"Memang dari awal pecinta sepakbola jadi pengen suatu saat bisa berkontribusi untuk negaranya, salah satunya lewat sepak bola seperti itu. Satu dari tujuan besar saya Alhamdulillah udah saya rasain sih kemarin dampingin Timnas Indonesia U-19 di kualifikasi piala Asia. Pas anthem beda banget ketika kita ada di tribun, terus pas kita lolos itu rasanya nggak ketahan lagi, seperti telenovela," lanjutnya.

Baca juga: Nasib Kompetisi Belum Jelas, Pemain PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta Berburu Lisensi Kepelatihan

Meski bergabung ke PSS Sleman musim ini, bukan berarti Lutfi tak punya cerita bersama klub berjuluk Super Elang Jawa ini.

Sebab, ia pernah mendapat sorakan dari seisi Stadion Maguwoharjo saat masih menjadi fisioterapis Borneo FC lantaran sengaja mengulur waktu ketika kedua tim bertemu di Piala Indonesia 2018/2019 lalu.

"Saya pernah away ke Persebaya dengan Boneknya, Persib dengan Bobotohnya, Persija dengan Jakmania, dan Arema dengan Aremanianya. Tapi Sleman Fans dan BCS ini punya taste yang berbeda. Kelompok suporter yang punya sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata," ujar Lutfi.

Nah ditanya targetnya bersama PSS Sleman, Lutfi berharap stakeholder di PSS Sleman paham bahwa konsep pelayanan medis itu sebenernya vital perannya.

"Itu target saya paling utama karena dengan berangkat dari sana teman-teman di PSS Sleman akan mengerti bahwa pemain gak cuma sekedar pemain. Dia sebenernya aset buat sebuah tim dan aset sebuah tim itu bukan cuma dengan kontrak yang besar, fasilitas yang lengkap. Tapi kondisi fisiknya, kondisi kesehatannya, kondisi si dia ketika sebelum bergabung dan sesudah bergabung nanti akan seperti apa," ujar Lutfi.

"Nggak mungkin ada pemain top ketika kondisinya nggak di level yang top," tambahnya.

Baca juga: Kiper Muda PSS Sleman, Dimas Fani, Seimbangkan Karier Sepak Bola dan Pendidikan

Fisioterapis, Ilmu Medis Pasti Tapi Art dan Science

Bagi Lutfi, fisioterapis merupakan ilmu medis yang pasti.

Namun ada art dan science di dalamnya.

"Karena setiap fisioterapis punya stylenya sendiri. Nah ini satu yang menarik dari fisioterapis, kalau tenaga medis lain mungkin sama ya (penanganannya), ketika panas dikasih paracetamol. Tapi kalau fisioterapis tujuannya sama tapi approachnya bisa berbeda beda. Karena kalau pendahulu kita bilang kita ini ilmu medis pasti tapi art and science. Treatment kita exercise dan andalan kita healing time dari proses kesembuhan alami," ujar Lutfi.

Namun sebagai fisioterapis sepak bola, ada tantangan sekaligus tanggung jawab berat yang juga harus ia emban.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved