Penerapan semipedestrian Malioboro
Kepala Dinas Pariwisata DIY Yakin Semipedestrian Malioboro jadi Magnet Pariwisata di Yogyakarta
Diterapkannya semipedestrian diyakini akan menambah daya tarik Malioboro sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pariwisata DIY menyambut baik penerapan semipedestrian kawasan Malioboro.
Harapannya, Malioboro akan lebih tertata rapi dan makin menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung ke Yogyakarta.
"Dengan diujicobanya semipedistrian ini, saya kira akan menambah daya tarik Malioboro sendiri dari sisi pariwisata," ujar Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, Selasa (3/11/2020).
Ia menilai Malioboro akan lebih nyaman dinikmati apabila tidak ada kendaraan bermotor.
Jauh sebelum diterapkannya semipedestrian tersebut, ia melihat Seloso Wage mendapat respon yang baik dari masyarakat.
Seloso Wagen menjadikan Malioboro sebagai area bebas kendaraan bermotor. Yang bisa melintas di sana hanya becak kayuh, andong, sepeda, dan bus trans jogja.
Wisatawan pun bisa leluasa menikmati ruas jalan yang biasanya padat kendaraan.
"Seloso Wagen, terlihat bagaimana masyarakat punya euforia kegembiraan yang luar biasa. Maka saya melihat (semipedistrian) ini positif dan akan meningkatkan magnet Malioboro," paparnya.
Baca juga: Uji Coba Semi Pedestrian Malioboro: Gubernur DIY Akui Sulit Tentukan Tempat Parkir Baru di Malioboro
Baca juga: Uji Coba Semi Pedestrian Malioboro: Berikut Daftar Jalan yang Menjadi Satu Arah di Kota Yogyakarta
Baca juga: Uji Coba Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor, Berikut Sejumlah Ketentuan dan Waktu Pelaksanaannya
Daya tarik itu akan semakin meningkat terlebih nanti Malioboro akan jadi penggal bagian dari sumbu filosofi yang diusulkan menjadi warisan dunia.
"Maka magnetnya akan bertambah luar biasa," ucapnya.
Ia menjelaskan, daya tarik lain dari Malioboro adalah dengan adanya bregodo yang terus berjaga di sejumlah titik di tiap weekend.
Ini merupakan pemberdayaan bregodo rakyat yang berasal dari sekitar Malioboro. Tujuannya agar tumbuh rasa memiliki di kalangan masyarakat.
"Selama ini responnya sangat bagus. Ini akan jadi daya tarik karena pendekatan budaya lebih bagus dari pada seragam militer. Ada dua hal yang ingin kita tuju, pertama penegakan protokol kesehatan dan yang kedua adalah citra pariwisata berbasis budaya nampak di malioboro, dan ternyata banyak yang minta foto dengan para bregodo," tuturnya.
Sementara itu, Hery Setyawan, ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) DIY mengatakan bahwa pihaknya juga menyambut baik penerapan semipedistrian di Malioboro.
Ia menilai anggota ASITA harus betul-betul memahami peraturan ini sehingga bisa menerapkannya pada paket-paket wisata.(Tribunjogja/Santo Ari)
