Berita Kulonprogo
Ritual Saparan Rebo Pungkasan Kembul Sewu Dulur Sebagai Wujud Syukur
Warga Pendoworejo Gelar Ritual Saparan Rebo Pungkasan Kembul Sewu Dulur Sebagai Wujud Syukur.
Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Masyarakat di Desa Pendoworejo, Kapanewon Girimulyo, Kulon Progo menggelar acara Ritual Saparan Rebo Pungkasan Kembul Sewu Dulur di Bendung Kayangan, Rabu (14/10/2020).
Pemangku Adat Pendoworejo, Mulyono mengatakan acara ini sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu sebagai silaturahmi antar sesama dan wujud mencintai alam.
"Acara ini juga untuk mengingat sejarah leluhur warga setempat bernama Bei Kayangan," katanya usai acara ritual saparan Rebo Pungkasan kembul sewu dulur, Rabu (14/10/2020).
Mulyono menuturkan, keberadaan Bei Kayangan erat kaitannya dengan kehadiran Bendung Kayangan dan tradisi Kembul Sewu Dulur.
Baca juga: Masih Ada Lowongan Untuk Pengawas TPS Bantul
Baca juga: Harga Anjlok, Petani Cabai Rawit Merah di Bantul Merugi
"Namun pada saat perayaan Mbah Bei tidak tampak hadir kenduri dan warga setempat menduga ia telah meninggal dan bersemayam di kayangan.
Sejak saat itu, tempat yang saat ini menjadi lokasi Kembul Sewu Dulur dinamakan Bendung Kayangan," ujarnya.
Dalam acara Kembul Sewu Dulur, masyarakat menyantap makanan bersama yang dibawa dari rumah mereka termasuk beragam cemilan.
Sembari warga menyantap makanan, juga dilangsungkan ritual Guyang Jaran atau memandikan kuda lumping yang menjadi kesenian daerah setempat.
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pelaksanaan tradisi ini dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan.
Meski dilaksanakan tidak seperti pada tahun sebelumnya yang mendatangkan kerumunan, namun diharapkan tidak mengurangi makna tradisi ini.

Bupati Kulon Progo, Sutedjo turut mengapresiasi dan ikut bersyukur karena masyarakat Pendoworejo masih tetap konsisten melaksanakan tradisi kenduri Rebo Pungkasan sekaligus guyang jaran.
"Kami sangat mengapresiasi karena masyarakat telah penuh kesadaran sendiri melaksanakan secara rutin setiap tahun menyelenggarakan tradisi ini.
Meskipun tradisi ini diturunkan dari nenek moyang tapi di era sekarang ini tetap relevan untuk bagaimana memelihara kerukunan maupun memelihara alam sepenuhnya," ucapnya.
Tradisi ini kurang lebih diharapkan bisa menjadi salah satu tuntunan bagi generasi penerus.