Kisah Pilu Penderita Sindrom Putri Tidur Asal Pamekasan, 16 Bulan Tertidur Hingga Akhirnya Meninggal
Kisah Pilu Penderita Sindrom Putri Tidur Asal Pamekasan, 16 Bulan Tertidur Hingga Akhirnya Meninggal
Namun, memasuki usia delapan bulan, sekujur tubuh Rau mendadak dingin.
Kepala dan wajah Rau memerah, pembuluh darah di wajahnya terlihat membiru.
Rau kemudian dibawa berobat ke dokter spesialis anak di Pamekasan.
"Kata dokter dusuruh opname di rumah sakit.
Jika dalam 10 hari tidak ada perkembangan, disuruh rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya," kata perempuan asal Dusun Timur Jalan, Desa Tentenan Timur, Kecamatan Larangan ini.
Selama menjalani perawatan di rumah sakit, gejala sleeping beauty syndrome mulai tampak.
Mata Rau terus terpejam. Karena 10 hari tidak ada perkembangan kesehatan, Rau kemudian dirujuk ke rumah sakit swasta di Surabaya.
Di sana Rau dirawat selama dua bulan lebih.
"Ada penyakit baru di tubuh Rau. Kata dokter Hydrosipalus dan meningitis TB," ujar Ratnawati.
Meksipun sudah dua bulan dirawat di rumah sakit mewah di Surabaya, mata Rau tetap terpejam.
Dokter menyarankan agar Rau dibawa pulang karena proses terapi bisa dilakukan di rumah sakit daerah di Pamekasan.
Tiga kali dalam sepekan Rau menjalani terapi di rumah sakit Pamekasan.
Namun, seiring dengan pandemi Covid-19, terapi dihentikan.
Sebagai gantinya, Ratnawati mencoba pengobatan alternatif.
Sebab semua petunjuk obat dari dokter sudah dipenuhi meskipun harganya jutaan rupiah.