Demo Omnibus Law di Yogyakarta, Pernyataan Sri Sultan HB X hingga Sikap Warga Kecam Aksi Anarkis
Para demonstran terlibat kontak fisik dan aksi saling lempar di depan kantor DPRD DIY dan sejumlah titik di ruas Jalan Malioboro Yogyakarta.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aksi demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja yang dilakukan sejumlah elemen di Yogyakarta, berakhir ricuh pada Kamis (8/10/2020).
Para demonstran terlibat kontak fisik dan aksi saling lempar di depan kantor DPRD DIY dan sejumlah titik di ruas Jalan Malioboro Yogyakarta.
Tembakan gas air mata, semburan air dari kendaraan water canon, hingga lemparan batu serta botol mewarnai aksi tersebut.
Sejumlah kendaraan polisi dan fasilitas umum rusak, bahkan satu kafe legendaris yang berlokasi di sebelah gedung DPRD DIY pun hangus terbakar.
• DPRD DIY Perkirakan Anggaran Untuk Perbaikan Bangunan Pasca-Kericuhan Mencapai Rp 1 miliar
• Gubernur Sri Sultan HB X Tinjau Malioboro dan Apresiasi Warga yang Gotong Royong Bersih-bersih
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pun ikut angkat bicara.
Raja Kraton Yogyakarta tersebut menyesalkan atas aksi anarkis yang terjadi pada aksi demonstrasi yang awalnya mengangkat isu utama menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law.
“Jogjakarta dengan masyarakatnya tidak pernah punya itikad untuk membangun anarki, untuk aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok masyarakat," kata Sri Sultan HB X, seperti dilansir Tribunjogja.com dari humas Pemda DIY.
Menurut Sri Sultan, tindakan anarkis tidak melambangkan karakter sebagai warga Yogyakarta.

Apalagi, bila tindakan anarkis tersebut dilakukan di Yogyakarta, yang juga akhirnya sampai menimbukan kerusakan-kerusakan.
"Untuk itu, Saya Hamengku Buwono X, mengimbau dan berharap kepada warga, kelompok-kelompok masyarakat, bukan karakter kita untuk berbuat anarkis di kotanya sendiri," imbuhnya.
Dalam aksi demonstrasi yang terjadi kemarin, aparat kepolisian dan massa aksi memang berkali-kali terlibat kericuhan hingga aksi saling lempar.
Bahkan, kericuhan tersebut berlangsung hingga menjelang malam.
Aktivitas warga di sekitar kawasan Jalan Malioboro pun lumpuh.
Akses lalu lintas ditutup, hingga para pedagang kaki lima (PKL) memutuskan untuk menutup lapaknya dan pulang ke rumah.
Jelang malam hari, aparat gabungan polisi dan TNI dengan dibantu oleh warga sekitar, berhasil mengendalikan situasi hingga akhirnya bisa kembali kondusif.
