Penanganan Covid

Pakar UGM Sebut Penggunaan Remdesivir Hanya untuk Kondisi Darurat

Remdesivir tidak bisa didapat secara bebas di pasaran. Obat langsung didistribusikan ke rumah sakit dan tidak tersedia di apotik.

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Rina Eviana
Shutterstock/Felipe Capparos
Remdevisir Obat Virus Corona 

Tribunjogja.com - Remdesivir menjadi salah satu obat yang saat ini ramai diperbincangkan. 

Obat antivirus ini kini telah mendapat persetujuan izin edar dari BPOM untuk digunakan sebagai salah satu obat yang dapat diberikan pada pasien COVID-19.

Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinis UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., mengatakan obat ini diberikan izin edar dalam bentuk “Emergency Use  Authorization (EUA)”. 

Satu ampul obat Ebola remdesivir ditunjukkan dalam konferensi pers di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman, 8 April 2020. Remdesivir kini sedang diuji coba untuk pengobatan Covid-19.
Satu ampul obat Ebola remdesivir ditunjukkan dalam konferensi pers di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman, 8 April 2020. Remdesivir kini sedang diuji coba untuk pengobatan Covid-19. (POOL/REUTERS)

Artinya, izin penggunaan obat diberikan secara darurat karena belum ada obat COVID-19 yang definitif dan disetujui, bukan keadaan darurat karena pasien dalam kondisi darurat ya.

Zullies mengatakan remdesivir tidak bisa didapat secara bebas di pasaran. 

Obat langsung didistribusikan ke rumah sakit dan tidak tersedia di apotik. 

Obat ini dalam beberapa bulan terakhir dipakai dalam uji coba yang dilakukan oleh WHO. 

Sejumlah negara juga menggunakan obat tersebut dan hasilnya  menunjukkan adanya efektivitas yang baik saat digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19. 

Pemberian Remdesivir mampu mempersingkat masa penyembuhan pada pasien COVID-19.

“Remdesivir merupakan obat antivirus. Dulu dikembangkan untuk mengatasi virus-virus RNA  dan pernah dicobakan saat ada wabah Ebola dan MERS,” kata dia.

Remdesivir adalah senyawa analog (mirip) dengan adenosine dan bisa menyusup ke dalam rantai RNA. 

Obat ini bekerja dengan menghambat replikasi virus dalam tubuh.

Ilustrasi
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK/Halfpoint)

Keunikan dari remdesivir disebutkan Zullies adalah prodrug di mana obat akan mengalami perubahan menjadi zat aktif ketika sudah berada dalam tubuh pasien. 

Bentuk ini dapat meningkatkan masuknya obat ke dalam sel dan melindungi obat sampai di tempat kerjanya.

Lalu, modifikasi penting pada Remdesivir adalah gugus karbon nitrogen (CN) yang melekat pada gula. 

Karenanya, begitu Remdesivir dimasukkan ke dalam rantai pertumbuhan RNA, keberadaan gugus CN akan menyebabkan bentuk gula mengerut.

“Pada akhirnya ini menghentikan produksi untai RNA dan menyabotase replikasi virus,”terangnya.

Selain itu, adanya perubahan ikatan C-N menjadi C-C menyebabkan Remdesivir tidak dapat dilepaskan oleh enzim targetnya yaitu RNA-dependent RNA Polymerase, di mana kondisi tersebut menjadikannya tetap berada dalam rantai RNA yang tumbuh dan memblokir replikasi virus.

Untuk penggunaan Remdesivir hanya boleh digunakan pada pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dengan usia diatas 12 tahun dan berat badan minimal 40 Kg. 

Dirut Bio Farma Jelaskan Rencana dan Mekanisme Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19

Untuk pemberian obat dilakukan melalui injeksi dengan infus. 

Hari pertama sebanyak 200 miligram, lalu di hari kedua dan berikutnya diberikan sebanyak 100 miligram/hari. 

Adapun pemberian obat dilakukan 5 hingga 10 hari.

Kendati dapat membantu dalam pengobatan COVID-19, Zullies menyebutkan remdesivir memiliki sejumlah efek samping. 

Beberapa diantaranya yaitu mual dan muntah. 

Selain itu remdesivir bisa meningkatkan enzim transaminase di liver sehingga berpotensi merusak liver. 

Oleh sebab itu, penggunaan obat ini harus diberikan secara hati-hati pada pasien yang terindikasi memiliki gangguan fungsi hati.

BPOM Izinkan Obat Remdesivir Digunakan untuk Pasien Virus Corona Berat

Lalu apakah remdesivir memiliki interaksi obat dengan obat lain? Zullies mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan adanya interaksi obat remdesivir dengan obat lain. 

Namun, ada kemungkinan penggunaan obat lain justru akan mempengaruhi ketersediaan remdesivir dalam darah.

“Beberapa antibiotik seperti rifampin dan clarithromycin dilaporkan mempengaruhi ketersediaan remdesivir dalam darah. Namun itu masih sementara, mungkin bisa bertambah lagi obat yang berinteraksi jika sudah banyak informasi tentang penggunaannya,” katanya.

Zullies menyampaikan keamanan penggunaan Remdesivir bagi wanita hamil dan menyusui juga belum diketahui. 

Namun, pada uji pre klinik pada tikus dan kera diketahui penggunaan Remdesivir bisa mempengaruhi ginjal pada janin. (*)

Catatan Redaksi: Bersama kita lawan virus corona. Tribunjogja.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu 3M:

- Wajib memakai masker
- Wajib menjaga jarak dan menghindari kerumunan
- Wajib mencuci tangan dengan sabun

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved