Donald Trump Dirawat dengan Obat COVID-19 yang Masih Uji Klinis, Jadi Kelinci Percobaan?

Donald Trump diberikan obat antibodi eksperimental dosis tinggi yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi AS, Regeneron.

Editor: Rina Eviana
ALEX EDELMAN / AFP
Dalam file ini foto yang diambil pada 11 Juli 2020 Presiden AS Donald Trump mengenakan masker ketika mengunjungi Pusat Kesehatan Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland. Presiden AS Donald Trump, yang selama berbulan-bulan menolak untuk mendorong pemakaian topeng sebagai cara untuk memerangi virus corona, pada 20 Juli 2020 tweet gambar dirinya dengan wajah tertutup dan disebut-sebut patriotismenya. 

Tribunjogja.com - Presiden Amerika Serikat ( AS) Donald Trump dan istrinya Melania Trump dinyatakan positif COVID-19. Keduanya mulai Jumat (2/10/2020) masih menjalani perawatan.

Donald Trump diberikan obat antibodi eksperimental dosis tinggi yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi AS, Regeneron.

Obat apa itu, sejauh mana uji klinisnya, dan mengapa beberapa pakar menolak penggunaan obat itu sebelum disetujui?

Ini sejumlah faktanya yang perlu Anda ketahui, dikutip dari AFP Minggu (4/10/2020).

Bagaimana pengobatannya?

Pengobatan Regeneron yang disebut REGN-COV2 adalah kombinasi dari "campuran" dua antibodi:

-protein pelawan infeksi yang dikembangkan untuk mengikat bagian dari Virus Corona baru, yang digunakannya untuk menyerang sel manusia.

Antibodi itu menempel pada bagian berbeda dari spike protein-nya virus corona dan mengubah strukturnya. Mirip dengan cara merusak kunci sehingga tak lagi pas dengan gemboknya. Vaksin bekerja dengan membuat tubuh memproduksi antibodi sendiri, tetapi para ilmuwan juga menguji antibodi yang sudah jadi dari plasma pasien pulih.

Akan tetapi itu tidak membuat plasma pasien pulih menjadi pengobatan massal. Para peneliti lalu mengumpulkan antibodi dari pasien sembuh, dan memilih yang paling efektif dari ribuan, dan kemudian membuatnya dalam skala besar.

Dalam makalah yang diterbitkan di Science pada Juni, para ilmuwan Regeneron menjelaskan bagaimana mereka memilih 2 antibodi terbaik dari pasien manusia dan tikus yang pulih, untuk memberi mereka sistem kekebalan yang mirip manusia.

Dalam makalah lain di jurnal yang sama, para ilmuwan berpendapat bahwa dengan menggunakan dua antibodi, mereka bisa berjaga-jaga dari kemungkinan bahwa SARS-CoV-2 mungkin bermutasi secara acak untuk menghindari jika salah satu terblokir, dan kemudian menjadi strain dominan virus itu.

Perusahaan tersebut menggunakan teknologi "tikus yang dimanusiakan" untuk mengembangkan campuran 3 antibodi, yang terbukti efektif melawan ebola tahun lalu.

"Itu bagian dari apa yang memberi kami kepercayaan diri, platform itu telah dicoba dan sudah terbukti bekerja dengan sangat baik," kata Christos Kyratsous ilmuwan penyakit menular utama Regeneron kepada AFP pada Maret.

Sempat Diejek Trump Gara-Gara Masker, Joe Biden Beri Pesan Menohok

Perawatan itu diberikan melalui infus

Apakah berhasil? Untuk menjawab pertanyaan ini, uji klinis sedang dilakukan untuk menguji keamanan dan kemanjuran obat pada tingkat dosis yang berbeda dan membandingkannya dengan plasebo. Pada Selasa (29/9/2020) Regeneron mengumumkan beberapa hasil dari uji klinis tahap awal, mengatakan bahwa pengobatannya mengurangi viral load dan waktu pemulihan untuk pasien Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved