Tekad Kustini Sri Purnomo Mengatasi Efek Pandemi di Sleman

Kustini berkunjung ke Omah Paseduluran di bawah Paguyuban Ketahanan Pangan Kevikepan DIY yang membuat program ketahanan pangan

Ist
Kustini Sri Purnomo (kanan) 

TRIBUNJOGJA.COM - Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda akan mereda dalam waktu dekat. Di Kabupaten Sleman, jumlah pasien positif masih menunjukkan tren meningkat.

Akibatnya, banyak kelompok masyarakat yang terdampak lebih hebat.

Satu diantaranya lansia di Kabupaten Sleman. Oleh sebab itu, Kustini Sri Purnomo mengajak masyarakat untuk menjadi manusia yang peka.

Selama pandemi ini, pemerintah Kabupaten Sleman bekerja dengan kekuatan penuh. Kesadaran akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan terus digaungkan.

Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak adalah tiga hal yang terlihat sederhana, tetapi penting untuk dilakukan.

Selain menjaga kesadaran akan kepatuhan kepada protokol kesehatan, hubungan antarmanusia tidak boleh di kesampingkan begitu saja.

Justru ketika pandemi seperti ini, kekuatan sosial warga menjadi semacam penguat daya hidup. Gotong royong, tepa selira, peduli dengan kondisi tetangga harus dipertahankan.

Beberapa waktu lalu, Kustini Sri Purnomo berkunjung ke Dusun Magowo, Maguwoharjo. Sebuah dusun yang istimewa di mata Kustini.

Dusun yang sadar akan pentingnya kebersamaan ketika merancang sebuah program bersama bernama Jumat Barokah. 

Jumat Barokah adalah sebuah acara yang dirancang oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersamaan. Di sini, warga bisa saling membantu.

Menyediakan bahan pangan, salah satunya sayuran segar yang disediakan gratis. Bagi Kustini, inilah wujud Sleman Rumah Bersama yang beberapa kali disampaikan.

“Urip rukun karo tonggo teparo. Nyengkuyung kiwo tengen. Berbagi, saling menopang. Yang mampu membantu yang kurang mampu, tanpa sekat tanpa batasa,” kata Kustini selepas kunjungan. 

Kesadaran akan kondisi sesama menjadi sebuah daya dukung sosial. Berbanding lurus dengan fakta bahwa angka harapan hidup di Kabupaten Sleman sangat tinggi, mencapai 76 tahun.

Angka harapan hidup ini bahkan lebih tinggi ketimbang angka harapan hidup nasional. 

Kustini Sri Purnomo mengingatkan, menjaga angka harapan hidup adalah tugas bersama. Sudah selaiknya kita peka dengan kondisi tetangga, yang paling dekat dulu, untuk dibantu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved