Pendidikan
Selama Pembelajaran Jarak Jauh, Sekolah Tetap Membuka Konsultasi Tatap Muka bagi Siswa
Disdikpora DIY tetap memperbolehkan sistem pembelajaran campuran antara daring dan luring.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ), Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY tetap memperbolehkan sistem pembelajaran campuran antara daring dan luring.
Model-model pembelajaran campuran tersebut misalnya dengan guru kunjung atau konsultasi secara terbatas di sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat.
Kepala SMKN 3 Yogyakarta, Bujang Sabri mengatakan di sekolahnya selama PJJ telah membuka konsultasi siswa kepada guru di sekolah.
• BREAKING NEWS : Mulai September, SMK di DIY Diizinkan Jalankan Praktikum, Ini Syaratnya
“Konsultasi sudah kami lakukan. Yang penting tidak bergerombol, maksimal sekitar 3 anak,” ujar Bujang kepada Tribunjogja.com, Kamis (17/9/2020).
Ia menambahkan, dengan sistem tersebut guru yang mengatur dan membuat jadwal siswa yang memerlukan konsultasi secara tatap muka.
“Termasuk konsultasi dengan guru BK (bimbingan konseling) juga seperti itu. Saat ke sekolah tentunya protokol kesehatan kami tegakkan, siswa harus pakai msker, sebelum masuk dicek suhu dan harus cuci tangan,” ungkapnya.
Senada dengan Bujang, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 3 Yogyakarta, Noer Indahyati mengatakan pihaknya juga selama ini membuka konsultasi siswa yang terkendala selama PJJ dengan guru di sekolah.
• Disdikpora DIY : Sekolah Dapat Kembangkan Pembelajaran Campuran Daring dan Luring
“Anak-anak konsultasi ke sini (sekolah). Tapi terbatas, tidak banyak,” imbuhnya.
Ia menambahkan, selama ini masih ditemukan siswa di sekolahnya yang terkendala secara teknis selama PJJ.
Semisal, tidak memiliki gawai, kesulitan pulsa, juga siswa yang tidak bisa menatap layar terlalu lama.
“Ada yang enggak punya HP, guru mengantisipasi gimana caranya tugas bisa dikerjakan. Ada yang kesulitan pulsa, gadget-nya satu keluarga dipakai bareng-bareng. Juga ada yang sakit mata kalau terlalu lama lihat gadget. Mereka izin lewat SMS, ya sudah enggak apa-apa. Sefleksibel mungkin lah jadi guru itu yang pentng anak-anak berproses untuk belajar,” tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM)