2,7 Miliar Dosis Calon Vaksin Virus Corona Sudah Diborong Negara Kaya
2,7 Miliar Dosis Calon Vaksin Virus Corona Sudah Diborong Negara-negara Kaya
TRIBUNJOGJA.COM, WASHINGTON DC - Meski sampai saat ini belum ada vaksin resmi yang produksi untuk mengatasi pandemi virus corona, sejumlah negara kaya mulai melakukan ancang-ancang untuk memborong lebih dari separo calon vaksin covid-19.
Negara-negara kaya yang memborong calon vaksin virus corona ini bisa mewakili 13 persen populasi penduduk di muka bumi ini.
Aksi borong yang dilakukan oleh negara-negara kaya tersebut dilaporkan oleh organisasi non-pemerintah Oxfam yang menganalisa data yang sudah dikumpulkan oleh perusahaan analisa, Airfinity.
Oxfam membuat data itu setelah meneliti kesepakatan yang dibuat perusahaan farmasi atas lima kandidat vaksin yang sudah memasuji uji coba tahap akhir.
Adapun lima calon vaksin Covid-19 yang masuk ke dalam penelitian mereka adalah AstraZeneca, Gamaleya/Sputnik, Moderna, Pfizer dan Sinovac.
NGO itu mengalkulasi bahwa kelima obat ini jika digabungkan kapasitas produksinya bisa mencapai 5,3 miliar dosis. Cukup untuk sekitar tiga miliar penduduk dunia.
Dilansir AFP Kamis (17/9/2020), saat ini kesepakatan yang sudah diteken untuk pengadaan vaksin virus corona adalah 5,3 miliar dosis.
• UPDATE Virus Corona di Kota Surabaya Kamis 17 September 2020, Tambah 62 Kasus Baru
• Bersama-sama Tanggulangi Corona, Pemkab Bantul Beri Penghargaan Semua Lurah Desa
Dari jumlah itu, sekitar 51 persen atau 2,7 miliar dosis dibeli oleh negara maju seperti AS, Inggris, Uni Eropa, Jepang, hingga Israel.
Kemudian sisanya atau 2,6 miliar dosis dibeli, atau setidaknya dijanjikan bakal didistribusikan ke Bangladesh, China, Indonesia, dan Meksiko.
"Akses terhadap vaksin yang penting ini seharusnya tidak bergantung uang yang Anda punya atau di mana Anda tinggal," kata Robert Silverman dari Oxfam America.
Silverman menjelaskan, pengembangan obat bagi virus corona ini memang krusial dengan pengujiannya harus dilakukan secara hati-hati.
Meski begitu, dia menekankan vaksin itu harus bisa diperoleh siapa pun.
"Covid-19 ada di mana pun. Mereka ada di mana-mana," tegasnya.
Dalam penelusuran Oxfam, salah satu kandidat vaksin yang dikembangkan Moderna menerima transaksi sekitar 2,5 miliar dollar AS (Rp 37,1 triliun).
Namun, perusahaan yang berbasis di Massachusetts itu memutuskan menjual ke negara kaya karena sudah berniat meraup keuntungan.