Keutamaan Menjalankan Puasa Asyura di Tanggal 10 Bulan Muharram

Pada tahun 2020 ini, awal tahun Hijriah 1442 jatuh pada Kamis, 20 Agustus 2020 dan hari Asyura akan jatuh pada Sabtu, 29 Agustus 2020

Editor: Iwan Al Khasni
AHMAD AL-RUBAYE / AFP
Ilustrasi 

Puasa Asyura dan Perubahan Sosial Umat 
Oleh Ahmad Shofiyuddin Ichsan LDNU PWNU DIY  Dosen Studi Islam IIQ An Nur Yogya

SAAT ini kita memasuki bulan Muharram, bulan istimewa setelah bulan Ramadan. Bulan ini disebut-sebut sebagai puncak awal tahun Hijriyah dalam kalender Islam, sekaligus sebagai bulan istimewa untuk berpuasa.

Sahabat pernah bertanya kepada Nabi SAW., “Wahai Nabi, puasa apakah yang lebih utama setelah puasa Ramadan?”

Nabi menjawab, “Puasa di bulan Muharram” (HR. Ibnu Majah).

Bahkan dalam kitab Musnad As Syafi’i, Ibnu Abbas RA. menuturkan, “Saya tidak mengetahui Rasulullah SAW bersungguh-sungguh untuk berpuasa kecuali hari ini, hari Asyura’ (di bulan Muharram).

”Pada tahun 2020 ini, awal tahun Hijriah 1442 jatuh pada Kamis, 20 Agustus 2020 dan hari Asyura akan jatuh pada Sabtu, 29 Agustus 2020 esok hari.

Hari Asyura adalah hari yang ‘sakral’ bagi umat Islam di seluruh dunia.

Mengapa ‘sakral’?

Karena di hari itu, Allah memuliakan sepuluh nabi-Nya, sebagaimana cerita yang termaktub dalam kitab Nazatul Majaliswa Muntakhabun Mawaid Juz 1.

Kemuliaan di hari itu juga dijelaskan di dalam literatur keislaman lainnya, bahwa ada dua hikmah besar jika kita menjalani puasa Asyura, yakni:

Pertama, dosa (kecil) kita dalam satu tahun sebelumnya akan diampuni Allah SWT.

Kedua, puasa di hari itu disamakan pahalanya dengan puasa (sunah) selama satu tahun.

Dari titik itu, mestinya kemuliaan puasa Asyura tidak hanya dipahami dalam kaca mata kesalehan individual semata, tetapi perlu disadari bagaimana ia berimplikasi padakesalehan perubahan sosial secara riil.

Niat Puasa Asyura dan Puasa Tasua di Hari ke-9 -10 Muharram 1442 serta Doa Sahur

Kemuliaan di hari itu harus dilihat secara total demi menjunjung derajat manusia sekaligusm engagungkan peradaban kemanusiaan.

Artinya, pada hari Asyura ini, terdapat keistimewaan lain (baca: tidak hanya berpuasa) bagi muslim untuk memperbanyak kesalehan sosial bersedekah, terutama menyantuni anak yatim dan para duafa.

Jika umat manusia menyadari hal itu, maka perubahan sistem sosial di masyarakat akan semakin membaik, apalagi kita masih menghadapi pandemi yang tak kunjung usai.

Puasa Asyura sudah saatnya perlu dijadikan patokan momentum dalam menata kehidupan kita.

Pengoptimalan hari Asyura seharusnya mempengaruhi kesalehan sosial kita, termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku dalam berinteraksi sosial di lingkungan sekitar.

Fungsi Edukatif 

Berpuasa di hari Asyura merupakan ajaran Nabi SAW yang seharusnya dijalani.

Ini sebagai bimbingan yang mengarahkan kita untuk menjadi manusia yang baik, sehingga bermuara terbiasa melakukan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain.

Berpuasa berarti menahan dan merasakan lapar-dahaga.

Hal ini mendidik kita untuk lebih sensitif kepada mereka yang kelaparan akibat kemiskinan, sehingga kita lebih arif dalam menjalani kehidupan.

Fungsi Kontrol Sosial

Ajaran Islam tidak hanya sebagai keyakinan tetapi juga menjadi norma yang harus dijalani.

Artinya, ajaran Islam ini berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.

Dengan berpuasa Asyura, muslim semestinya mampu mengontrol pikiran, sifat, dan sikapnya untuk tidak menyakiti orang lain.

Dengan puasa Asyura di masa pandemi Covid-19 ini, muslim harus melihat secara utuh kehidupan di sekitarnya.

Harus saling mengawasi satu sama lain demi kepentingan dan kebaikan bersama.

Fungsi Solidaritas

Secara psikologis, pada dasarnya muslim terikat persaudaraan kepada muslim lainnya (ukhuwah islamiyah).

Ia juga terikat persaudaraan pada warga bangsa (ukhuwah wathaniyah). Ia pun terikat persaudaraan pada umat manusia apa pun ras dan agamanya (ukhuwah basyariyah).

Melihat situasi saat ini, dengan berpuasa Asyura, seharusnya muslim lebih menyadari bahwa mereka memiliki kesamaan dan satu kesatuan untuk hidup bersama-sama dalam menghadapi pandemi dengan saling tolong menolong, empati, dan memperbanyak bersedekah.

Kesadaran rasa kesatuan inilah yang bisa membingkai rasa persaudaraan yang lebih kokoh.

Maka dari itu, dengan mengisi Tahun Baru 1442 H di bulan Muharram istimewa ini, mari tingkatkan kesalehan individual sekaligus memperkuat kesalehan sosial bagi segenap anak bangsa. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved