Angka Laka Laut di DIY Meningkat Setiap Tahun, SAR Satlinmas Terkendala Minimnya Sarpras  

Angka Laka Laut di DIY Meningkat Setiap Tahun, SAR Satlinmas Terkendala Kekurangan Sarpras  

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Hari Susmayanti
Tribunjogja/Maruti Asmaul Husna
Live Streaming Tribun Jogja bertajuk “Dukungan DPRD Kepada BPBD dan Satpol PP Dalam Penanganan Laka Laut”, Senin (24/8/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – DIY memiliki kekayaan alam berupa hamparan pantai sepanjang 166 km yang terdiri atas 119 pantai. 

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY melalui Search and Rescue (SAR) Satuan Pelindung Masyarakat (Satlinmas) Istimewa telah mengerahkan 328 petugas yang berjaga di sepanjang pantai untuk mengawasi wisatawan.

 Namun demikian, SAR Satlinmas Istimewa rupanya belum memiliki sarana dan prasarana (sarpras) yang memadai dalam melaksanakan tugasnya.

Hal itu disampaikan Kepala Satpol PP DIY, Noviar Rahmad.

 “Sarpras kita masih jauh dari mencukupi. Yang paling sering terkait dengan tersengat ubur-ubur. Kemarin totalnya ada 500 wisatawan tersengat ubur-ubur. Itu tidak ada obatnya,” ujarnya dalam acara Live Streaming Tribun Jogja, Senin (24/8/2020).

 Noviar menyebutkan, DIY belum memiliki drone under water dan kapal yang bisa digunakan untuk melakukan penyisiran korban laka laut dengan lebih mudah.

Selama ini, kata dia, penyisiran korban di pantai selatan hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.

“Dilakukan penyisiran di semua pantai dengan berjalan kaki. Selalu jika ada yang tenggelam munculnya baru 3 hari kemudian dengan kondisi sudah membengkak. Saat insiden Goa Cemara kemarin korban ditemukan 40 km dari lokasi kejadian,” ungkapnya.

Malam 1 Suro, Puluhan Anggota Tim SAR Satlinmas Siap Patroli di Pantai Selatan Bantul

Dinpar Yakini Wisatawan yang Masuk DIY Lebih dari 464.240 Orang

Selain itu, lanjutnya, SAR Satlinmas Istimewa saat ini juga kekurangan tabung oksigen, mobil ambulans, serta alat-alat untuk melakukan pencarian korban.

“Sehingga kami sangat membutuhkan penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan,” tuturnya.

 Ia menambahkan, angka laka laut di DIY setiap tahun semakin meningkat.

Sementara, pantai selatan memiliki karakter tersendiri yang tidak semua masyarakat memahami.

Sayangnya, masyarakat baik wisatawan maupun nelayan seringkali abai terhadap peringatan yang telah diberikan.

 “Pantai selatan ini memiliki karakter sendiri, dia punya palung laut yang selalu berpindah-pindah. Walaupun sudah diingatkan, tetapi seringkali abai sehingga terjadi laka laut. Baik nelayan dan wisatawan,” paparnya.

 Sebagai contoh, kata Noviar, para nelayan telah diberikan standar operasional prosedur (SOP) keamanan untuk menggunakan pelampung setiap kali melaut.

Namun, nelayan seringkali abai. Sedangkan, bagi wisatawan telah diberikan informasi yang menyebutkan dilarang berenang di pantai, namun juga tidak diindahkan.

“Rata-rata pengunjung tidak tahu karakter pantai selatan. Pantai selatan itu ganas, tidak ada satu pun yang mampu  menaklukkan ganasnya pantai selatan. Sudah ada informasi tidak boleh berenang di sepanjang pantai selatan,” bebernya.

 “Nelayan itu SOP-nya harus pakai pelampung. Tapi mereka enggak mau. Setiap minggu ada laporan nelayan yang tersapu ombak,” sambungnya.

Di sisi lain, menurut Noviar, personil SAR Satlinmas Istimewa tidak mungkin mengawasi satu per satu wisatawan karena keterbatasan personil.

Pada Sabtu-Minggu (22-23/8/2020) kemarin contohnya terdapat 27.000 pengunjung di pantai selatan DIY.

“Jika terjadi laka laut kami bagi menjadi tim darat dan tim laut. Selalu ada relawan yang membantu. Kami punya jetski dan kapal jungkung. Perahu karet tidak bisa dipakai untuk pantai selatan. Kapal jungkung kita sudah punya 7,” tandas Noviar. (Tribunjogja/Maruti Asmaul Husna)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved