Inilah Riwayat 16 Pasien Baru Positif Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengumumkan 16 kasus baru Covid-19 pada 17 Agustus 2020.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com Yogyakarta -- Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengumumkan 16 kasus baru Covid-19 pada 17 Agustus 2020.
Jumlah tersebut didapat dari pemeriksaan sebanyak 454 sampel di laboratorium yang ada di DIY.
Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih menjelaskan saat ini total kasus positif secara akumulatif sebanyak 1.041 kasus.
Kasus baru ini tercatat sebagai kasus 1.031-1.046, dua di antaranya adalah balita yang berusia di bawah 1 tahun.
Kedua kasus tersebut yakni kasus 1.031 laki-laki usia 0 tahun warga Sleman dan kasus 1.046 perempuan usia 0 tahun warga Sleman.
Tidak ada hubungan dari kedua kasus tersebut dan saat ini riwayat keduanya masih dalam penelusuran.
"Kasus 1.031 usianya sekian hari. Kalau yang kasus 1.046 belum jelas, keterangannya hanya di bawah 1 tahun. Saat ini sedang dilakukan swab kepada orang tua dan kerabat dekatnya," ungkap Berty, Senin (17/8)/2020.
Selanjutnya, untuk distribusi kasus berdasarkan riwayat didominasi dari skrining karyawan kesehatan sebanyak 7 kasus, perjalanan luar daerah 1 kasus, kontak tracing kasus DIY 3 kasus, dan masih dalam penelusuran 5 kasus.
Riwayat tujuh karyawan kesehatan yang masuk sebagai kasus baru pada 17 Agustus 2020 adalah
1. Kasus 1.034 perempuan usia 32 tahun warga Bantul
2. kasus 1.035 perempuan usia 33 tahun warga Bantul
3. kasus 1.036 perempuan usia 26 tahun warga Bantul
4. kasus 1.037 laki-laki usia 30 tahun warga Gunungkidul
5. kasus 1.038 laki-laki usia 53 tahun warga Sleman
6. kasus 1.039 laki-laki usia 39 tahun warga Sleman dan
7. kasus 1.040 laki-laki usia 38 tahun warga Sleman.
"Kemudian distribusi kasus berdasarkan domisili Kota Yogyakarta 1 kasus, Kabupaten Bantul 4 kasus, Kabupaten Gunungkidul 1 kasus, dan Kabupaten Sleman 10 kasus," ujarnya.
Data dari Dinas Kesehatan DIY secara umum per 12 Agustus 2020 bahwa jumlah total suspek di DIY adalah 11.171 orang, konfirm sebanyak 1.041 orang, sembuh 682 orang, meninggal konfirm 28 orang, kasus aktif 331 orang, case recovery rate 65,51 persen, dan case fatality rate 2,69 persen.
Malioboro Penuh
Kepadatan wisatawan yang terjadi di Malioboro pada libur panjang pekan lalu menuai pernyataan tegas dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Yawis yang penting betul-betul UPT-nya di Malioboro konsisten. Kalau memang didata ya didata. Jangan ditinggal hingga penuh. Kan mestinya dibatasi 500 500, yang jaga juga nggak ada tadi malam. Berarti kan ndak konsisten," ujarnya dengan nada tinggi saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Senin (17/8).
Menanggapi hal tersebut, Kepala UPT Malioboro Ekwanto pun angkat suara.

Ia mengatakan bahwa wisatawan yang tercatat pada akhir pekan kemarin mencapai kurang lebih 2.000 orang per harinya. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan akhir pekan sebelumnya.
"Sabtu malam minggu kemarin memang luar biasa pukul 17.00-22.00. Khususnya dari TKP ABA, bus dan kendaraan sudah penuh. Kemarin kami minta backup dari OPD yakni Satpol PP dan Dishub membantu kelancaran pengunjung," ungkapnya, ditemui di Kompleks Kepatihan, Senin (17/8/2020).
Ia menjelaskan bahwa jumlah petugas Jogoboro yang ada dalam naungan UPT Malioboro berjumlah 36 orang. Seluruhnya menetap di lima titik zona yang ada di Kawasan Malioboro, mulai dari utara, tengah, selatan, serta sirip-siripnya.
Terlebih di pintu masuk Malioboro, petugas Jogoboro melakukan pemeriksaan suhu tubuh, mengarahkan wisatawan untuk scan barcode, serta memastikan mereka yang hendak masuk memakai masker dan telah mencuci tangan.
"Kami minta teman-teman di Satpol-PP dan Dishub untuk membantu, baik mengurai kerumunan, membantu mengarahkan jalan kalau ke utara ya lewat barat ke selatan lewat timur. Mungkin dari luar melihat UPT tidak ada yang mengatur, memang kami kehabisan personil," urainya.
"Memang di satu sisi kalau kami dianggap tidak konsisten, ada betulnya juga karena ketika jalan crowded mobil berhimpitan semua. Kalau kami harus menyeberangkan, itu akan menambah persoalan lagi sehingga di situ kami dianggap UPT nggak konsisten," tutur Ekwanto.
Ia mengatakan bahwa pembatasan wisatawan yang masuk Malioboro tetap dilakukan. Jumlah maksimum wisatawan yang boleh berada di dalam kawasan Malioboro adalah 2.500 orang.
"Ada satu petugas di titik zona. Itu yang kalau 500, hapenya akan berbunyi. Tapi sebelum itu kami minta 400 atau 450 untuk segera komunikasi dengan Radio Widoro, meminta pengunjung untuk bergeser dan berganti dengan yang lain. Semua kami tahan di utara kemarin karena crowded kami tahan di teteg nunggu habis dulu. Sifatnya kondisional," urainya.
Melihat kondisi Malioboro yang ramai, diakuinya menumbuhkan rasa bahagia tersendiri karena mampu menggeliatkan ekonomi di sana.
"Di satu sisi kami penuh kekhawatiran jangan sampai geliat ekonomi yang sudah bagus terkontradiksi dengan adanya muncul kluster. Harapan kami tidak ada seperti itu. Jadi dianggap memperketat, memang harus begitu," ucapnya.
Adapun wisatawan luar daerah mendominasi kunjungan di Malioboro. Ekwanto mengatakan bahwa hal tersebut dapat dilihat dari plat nomor kendaraan yang terparkir di sekitar Malioboro.
"Banyak dari luar kota ada dari Semarang, Bandung, Pekalongan, Brebes, karena mereka sudah jenuh di rumah. Ditambah orang Yogya dan sekitarnya. Kadang-kadang yang bikin crowded mung lewat," tandasnya.( Tribunjogja.com | Kur )