"Ngadem' Sambil Melihat Pemandangan Hijau Menghampar di Atas Bukit Si Bungkel
"Ngadem' Sambil Melihat Pemandangan Hijau Menghampar di Atas Bukit Si Bungkel
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Hari Susmayanti
Tak lain adalah Bajingan. Bajingan sendiri adalah ketela yang dimasak dengan rebusan nira kelapa.
Rasanya manis dan lembut. Minuman tradisional juga ada yakni Badek. Badek ini adalah minuman dari nira kelapa.
"Wisata kuliner khas Desa Margoyoso juga ada di sini. Ada ketela kemudian ditaburi dengan nira kelapa.
Orang sini menyebutnya, Bajingan. Meskipun agak kasar kedengarannya, tetapi makanan ini unik dan manis. Minuman khas badek dari nira kelapa. Bisa dinikmati di lokasi," tutur Adi.
Destinasi yang masih baru ini selain untuk berwisata, juga bisa untuk pertemuan atau rapat-rapat dengan suasana yang berbeda, jika mungkin penat rapat di kantor.
Tiket masuk tidak ada alias gratis. Jam buka dari pagi sampai sore, bahkan malam hari untuk sekedar ngopi saja.
Berbagai fasilitas juga tersedia di sini. Ada spot untuk berfoto. Toilet, mushola, dan tempat parkir yang cukup lapang.
Berbagai jajanan dan kuliner di sini juga tersedia. Warga sekitar menjual berbagai macam jajanan khas dan tradisional. Selain itu ke depan akan ada Camping Ground yang dipersiapkan di sana.
"Setiap hari buka, pagi sampai sore. Kadang malam akhir pekan, ada yang sekedar ngopi menikmati suasana alam. Tiket masuk gratis, pengunjung hanya disarankan membeli kuliner yang dijual oleh masyarakat.
Destinasi ini juga cocok untuk pertemuan-pertemuan. Pemerintah desa sini bahkan mengarahkan pertemuan desa di Si Bungkel ini, karena udaranya yang sejuk, sehingga tak sepaneng," ujar Adi.
Lokasi Si Bungkel sendiri berada di perbatasan Dusun Kalisari dan Tubansari, Margoyoso. Nama Si Bungkel sendiri sudah ada sejak zaman dulu.
Kabarnya, di kawasan ini dulu jalannya terjal, sehingga kadang ada orang yang terjatuh atau 'njungkel' dalam bahasa Jawa. Kata-kata itu dikait-kaitkan dengan Si Bungkel.
"Di bawah ada jalur yang kita kembangkan. Dulu jalur peninggalan nenek moyang, ketika Margoyoso mengalami kejayaan. Ada pusat ekonomi, Pasar Desa Margoyoso. Yayasan pendidikan Al Iman, pondok pesantren. Dulu, dari desa sebelah, ketika menjual dagangannya atau hendak bersekolah lewatnya melalui jalur ini. Sehingga pemdes, membuka jalur untuk menghidupkan kembali seperti di masa itu. Dulu jalan kecil, sekarang dilebarkan. 700 meter panjangnya. Sekalian dengan dikembangkan wisata Si Bungkel ini," tutur Adi. (Tribunjogja/Rendika Ferri Kurniawan)