Ledakan di Beirut

Ledakan di Beirut: Amonium Nitrat Picu Banyak Kecelakaan di Pabrik, Berikut Kata Ahli Kimia

Amonium nitrat adalah zat kristal tak berbau yang biasa digunakan sebagai pupuk, telah menjadi penyebab sejumlah ledakan di pabrik beberapa dekade ini

Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
STR / AFP
Gambar ini diambil pada 4 Agustus 2020 menunjukkan pemandangan umum tempat ledakan di pelabuhan ibukota Lebanon, Beirut. Dua ledakan besar mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, melukai puluhan orang, mengguncang bangunan, dan mengirim asap besar mengepul ke langit. Media Libanon membawa gambar-gambar orang yang terperangkap di bawah puing-puing, beberapa berlumuran darah, setelah ledakan besar, yang penyebabnya tidak segera diketahui. 

Di bawah Standar Anti-Terorisme Fasilitas Kimia, misalnya, fasilitas yang menyimpan lebih dari 900kg (2.000 pon) ammonium nitrat harus melalui inspeksi.

Terlepas dari bahayanya, Oxley mengatakan penggunaan amonium nitrat yang sah dalam pertanian dan konstruksi membuatnya sangat diperlukan.

"Kita tidak akan memiliki dunia modern ini tanpa bahan peledak, dan kita tidak akan memberi makan populasi yang kita miliki sekarang tanpa pupuk amonium nitrat," katanya.

"Kita membutuhkan amonium nitrat; kita hanya perlu memperhatikan apa yang kita lakukan dengannya."

Luluh lantak

Kondisi Beirut, ibu kota Lebanon hancur berantakan setelah dua ledakan yang menewaskan 100 orang dan melukai ribuan lainnya.

Tim penyelamat bekerja sepanjang malam hingga Rabu pagi waktu setempat (5/8/2020), mencai korban dalam insiden yang meluluhlantakkan ibu kota.

Ledakan di Beirut pada Selasa petang
Ledakan di Beirut pada Selasa petang (IST | Twitter)

Daya rusak karena ledakan itu disebut mirip dengan gempa bumi, di mana ribuan orang tak punya rumah, dengan ribuan lainnya dilarikan ke rumah sakit.

Gubernur Marwan Abboud sampai menangis ketika dia meninjau lokasi kejadian. "Beirut kini sudah menjadi kota yang hancur," isaknya.

Marwan Ramadan berada sekitar 450 meter dari ground zero. Meski begitu, dia mengaku sampai terempas karena angin yang dihasilkan oleh ledakan.

"Ini benar-benar momen yang mengerikan. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sejak perang berkecamuk," kata Ramadan dilansir Kompas.com dari Daily Mail.

Pada Selasa malam (4/8/2020), penduduk yang berlumuran darah berkeliaran dan menangis sembari mengamati reruntuhan di sekitar mereka.

Rami Rifai, yang dua putrinya harus dirawat karena terluka mengemukakan, dia mengaku dampak ini lebih besar dari berbagai krisis yang pernah mereka hadapi.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved