Korea Utara Diduga Kembangkan Nuklir Mini yang Bisa Dipasang di Rudal Balistik
Korea Utara Diduga Kembangkan Nuklir Mini yang Bisa Dipasang di Rudal Balistik
Korea Utara diperkirakan telah mencuri total 2 miliar dollar AS (Rp 29,4 triliun) melalui serangan siber yang menargetkan bank dan pertukaran mata uang kripto.
"Panel terus menilai bahwa penyedia layanan aset virtual dan aset virtual akan terus tetap menjadi target yang menguntungkan bagi DPRK untuk menghasilkan pendapatan, serta menambang mata uang kripto," bunyi laporan tersebut.
• Kronologi Sopir Angkot Tipu Luar Dalam Belasan Wanita di Cimahi, Ngaku Staf HRD Perusahaan Susu
• Bupati Puncak Jaya Serahkan BLT, Sejumlah Anggota KKB Papua Juga Ikut Menerima
• Daftar Harga HP Xiaomi Bulan Agustus Mulai Kisaran Rp 1,6 Juta Hingga Termahal Rp 10,9 Juta
Bebas Ancaman Perang Karena Nuklir
Sebelumnya, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut negaranya bebas dari ancaman perang karena memiliki senjata nuklir.
Dia mengungkapkan selama ini tekanan kepada negaranya terkait senjata nuklir begitu kuat.
Namun saat ini pertahanan Korea Utara sangat kuat sehingga menurut Kim Jong Un tidak ada lagi negara yang merendahkannya.
"Perang adalah konflik militer dengan seseorang yang dianggap setara. Kini, tak ada lagi yang merendahkan kita. Jika ada, mereka bakal membayarnya," katanya dalam konferensi nasional veteran untuk memperingati 67 tahun gencatan senjata Perang Korea.
Perang Korea yang dimulai pada 1950 berakhir dengan gencatan senjata pada 27 Juli 1953, membuat Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih dalam konflik.
Di Utara, mereka menyebut konflik itu sebagai Perang Pembebasan Tanah Air, dan merayakan hari penghentian tembak menembak sebagai Hari Kemenangan.
"Berkat pertahanan kita yang efektif dan efektif, tak ada lagi perang di tanah ini.
Keamanan nasional kita terjamin," jelas Kim Jong Un dikutip KCNA.
Dilansir Yonhap Senin (28/7/2020), Kim menekankan mereka harus terus berbenah untuk menjamin baik pemerintahan hingga rakyat Korut.
"Karena itu, kami tidak akan pernah berhenti untuk meningkatkan kemampuan pertahanan nasional hingga tak bisa disamai siapa pun," jelasnya.
Pemimpin generasi ketiga dari Keluarga Kim itu mengatakan, tekanan yang dilakukan lawan semakin meningkat setelah perang berakhir.
Kim yang berkuasa sejak 2011 itu menjelaskan karena tekanan itulah, maka dia memutuskan fokus kepada senjata nuklir, yang dalam klaimnya membantu Korut dari ancaman.