Yogyakarta

Kontribusi Biaya Hidup Mahasiswa terhadap Perekonomian di DIY

Ia mengatakan, pariwisata adalah salah satu yang multidimensi dan multisektor demikian juga dengan pendidikan.

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Sri Cahyani Putri Purwaningsih
Ardito Binadi, Peneliti Mitra Perguruan Tinggi Bank Indonesia DIY di Grand Inna Malioboro, Selasa (8/7/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY memaparkan hasil kajian berjudul "Survei Biaya Hidup Mahasiswa 2020".

Pemaparan ini disampaikan oleh Ardito Binadi, Peneliti Mitra Perguruan Tinggi Bank Indonesia DIY di Grand Inna Malioboro Selasa (8/7/2020).

Dalam penelitiannya, pendidikan dan pariwisata memiliki efek yang cukup besar bagi perekonomian di DIY.

Ia mengatakan, pariwisata adalah salah satu yang multidimensi dan multisektor demikian juga dengan pendidikan.

Berdasarkan hasil survei dan kajian dengan poin yang sama di 2016 dan 2020 terdapat peningkatan pengeluaran biaya mahasiswa di DIY.

Pada 2020 pengeluaran biaya hidup dan biaya pendidikan mahasiswa mencapai Rp 17,2 triliun per tahun atau setara dengan 12,2 persen dari PDRB DIY.

Sedangkan saat 2016 kontribusi pengeluaran biaya mahasiswa sebesar 10,4 persen dari PDRB DIY.

Masa Pandemi Covid-19, UNY Beri Bantuan Uang dan Paket Data kepada Mahasiswa PK dan KKN

Selain itu, pengeluaran biaya hidup mahasiswa di DIY melonjak hampir dua kali lipat dalam 4 tahun terakhir.

Pada 2020, rata-rata biaya hidup mahasiswa di DIY mencapai Rp 2,92 juta/bulan.

Pengeluaran mahasiswa bahkan lebih tinggi dibanding UMP DIY 2020 sebesar Rp 1,70 juta.

Oleh sebab itu, konsumsi rekreasi, hiburan dan lifestyle menjadi kontributor terbesar terhadap konsumsi mahasiswa saat ini.

"Dunia pendidikan DIY lebih diminati karena faktor biaya sehingga mahasiswa memiliki alokasi dana untuk kebutuhan sekunder dan tersier," ucapnya.

"Terlebih kenyamanan belajar yang ditunjang dengan ragam destinasi wisata dan rekreasi membuat mahasiswa tidak jenuh selama menempuh kuliah di DIY," sambungnya.

Data Mahasiswa di Kota Yogyakarta, Pemkot Rencanakan QR Code di Indekos

Memperhatikan peran sektor pendidikan dan mahasiswa DIY dalam perekonomian DIY, penting bagi pemerintah DIY dalam menciptakan lingkungan yang ramah bagi mahasiswa.

Serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dan suasana belajar yang nyaman dan aman.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh Hempri Suyatna selaku Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM sekaligus Pengamat Sosial.

Hempri mengatakan, sebagian mahasiswa berasal dari kalangan kelas menengah yang secara ekonomi dianggap mampu.

"Sebagian dari mereka memiliki budaya selebritis dan konsumtif. Belum lagu tren anak muda yang memiliki life style atau gaya hidup tertentu kekinian sehingga mereka sering mengikuti tren-tren baru," jelasnya.

"Di satu sisi ini cukup menguntungkan bagi perekonomian lokal. Budaya nongkrong dan rekreasi menjadi tren anak-anak milenial," sambung Hempri.

Namun ketika adanya pandemi Covid-19 menjadikan penurunan di sektor ekonomi.

Pelaksanaan KKN Daring ala Mahasiswa UGM di Tengah Pandemi Covid-19

"Sekarang ketika mahasiswa pada pulang kampung sangat terasa terutama kos-kosan dan sektor kuliner. Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak mahasiswa lebih memilih pulang kampung," ucapnya.

Selain itu juga berdampak terhadap penurunan omzet pada angkutan transportasi online.

"Penghasilan pada angkutan transportasi online juga terdampak dikarenakan pangsa pasar mereka utamanya adalah mahasiswa," tuturnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved