Kisah Polisi Dirikan Tempat Belajar di Kuburan bagi Anak-anak Kurang Mampu di Makassar

Kisah Polisi Dirikan Tempat Belajar di Kuburan bagi Anak-anak Kurang Mampu di Makassar

Editor: Hari Susmayanti
KOMPAS.COM/HENDRA CIPTO
Aiptu Paleweri mendidikan posko belajar bersama di lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dadi selama belajar online. 

TRIBUNJOGJA.COM, MAKASSAR – Kisah polisi asal Kota Makassar bernama Aiptu Paleweri ini bisa menjadi contoh bagi anggota kepolisian lainnya di Indonesia.

Di tengah kesibukannya menjadi seorang anggota Bhabinkamtibmas, anggota Polsek Mamajang itu meluangkan waktu untuk membuat tempat belajar bagi anak-anak di Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan, Kota Makassar.

Tempat belajar yang berlokasi di pinggir tempat pemakaman umum (TPU) Dadi, Makassar tersebut dilengkapi dengan jaringan internet yang bisa digunakan oleh anak-anak sekitar untuk belajar online.

Ide untuk menyediakan fasilitas internet gratis ini muncul karena Aiptu Paleweri melihat banyak anak-anak dari keluarga kurang mampu kesulitan memperoleh kuota internet dan tidak memiliki ponsel pintar.

Kondisi itu akhirnya menggugah hati Aiptu Paleweri.

Paleweri kemudian menginisasi penyediaan fasilitas internet di kompleks TPU Dadi hingga mendirikan tempat belajar bersama.

Paleweri juga tidak segan mengeluarkan dana pribadi membangun tempat tersebut. misalnya untuk tenda, kursi, meja, serta fasilitas intenet.

“Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online.

Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet. Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar.

Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).

Ngeprank Bangunan Orang Pakai Bensin, Youtuber Ini Panen Hujatan

Kisah Ibu di Lombok Tengah Dilaporkan Anak Kandung Gara-gara Sepeda Motor

Anak-anak yang mengikuti pendidikan berasal dari Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan.

Jumlahnya untuk murid SD 26 orang, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA, dan 4 orang anak putus sekolah.

“Mereka itu berbeda-beda sekolah. Jadi selain bisa menikmati WiFi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya.

Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA. Jadi mereka saling belajar dan mengajar. Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.

Seiring berjalannya waktu, ada banyak anak-anak dari Kelurahan Mamajang Luar yang ikut belajar.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved