Peringatan HUT ke-55 Kompas Merakit Harapan Baru Menuju New Normal
HUT ke-55 Kompas yang dikemas melalui pameran foto dan selametan dusun ini secara umum bertujuan untuk meminta keselamatan.
Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
Kali ini sekitar 30-an foto dan karikatur yang terpajang di taman Yakopan Omah Petroek ini hanyalah sekelumit dari perjalanan panjang Harian Kompas menandai perubahan-perubahan besar.
Dokumentasi ini akan menjadi bahan refleksi yang tidak akan pernah habis untuk dikupas dan didiskusikan.
Romo Sindhunata juga mengatakan bahwa pameran foto ini bertujuan untuk menumbuhkan greget agar media tidak mati.
"Setiap kesulitan harus kita terobos. Pameran ini pemicu kita, masih mempunyai greget untuk merakit harapan di new normal," ujarnya.
Satu di antara pengisi acara adalah pertunjukan budaya dari Sanggar Sang yang menampilkan tarian berjudul Wenang Kinasih.
• Donasi Pembaca Kompas.com dan Tribunnews.com Disalurkan ke Ribuan Keluarga yang Terdampak Covid-29
Muhammad Sodiq (32) dari Sanggar Sang, menjelaskan tarian ini dibuat sesuai filosofi kiblat papat limo pancer.
"Pancer ini adalah manusia yang punya kewenangan untuk memperjuangkan hidupnya. Dan kinasih ini artinya bagi kami, memberikan kewenangan yang baik itu dengan kasih," ungkapnya.
Sodiq mengatakan, ini adalah pertunjukan pertama mereka selama pandemi ini.
Dan tari ini mereka siapkan dalam kondisi pandemi.
Ia menceritakan bahwa kawan-kawan seniman juga merasakan betul kesulitan di tengah pandemi.
Namun dengan pandemi ini mereka mulai berintrospeksi.
"Jangan-jangan selama ini kita berproses untuk eksistensi. Dan ternyata ada hal-hal kecil yang harus diingatkan bahwa setiap perjalanan hidup adalah proses untuk mengenal titik ketuhanan," jelasnya.
"Kami hampir tiga bulan tidak pentas, tapi ada kawan-kawan yang pentas online. Ini pertama kali kita pentas, dan kita mulai pentas ini dengan berdoa agar bisa melangkah ke depan dengan lebih baik," tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM)