Penjelasan dan Tips Menyaksikan Fernomena Gerhana Matahari Cincin Hari Minggu Ini
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan Gerhana Matahari Cincin ini terjadi ketika Matahari, Bulan dan Bumi tepat segaris.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan dapat menyaksikan fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) pada Minggu (21/6/2020) hari ini.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan Gerhana Matahari Cincin ini terjadi ketika Matahari, Bulan dan Bumi tepat segaris.
Dan pada saat itu piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari.
"Akibatnya, saat puncak gerhana, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya," seperti dikutip dari laman resmi BMKG.
• Daftar Wilayah yang Dilewati Gerhana Matahari Hari Minggu Ini
• Cara Memotret Gerhana Matahari Cincin Pakai HP dan Hasilnya Tetap Instagramable
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Sleman, Agus Riyanto, menjelaskan fenomena GMC sebenarnya disebut juga sebagai fenomena Gerhana Matahari Sebagian (GMS) hanya dapat disaksikan di beberapa titik di Indonesia.
"Masyarakat di wilayah selatan dan barat Jawa serta sisi barat ujung selatan Sumatera tidak dapat menyaksikan fenomena tersebut," kata Agus, Sabtu (20/6/2020).
Dia menjelaskan, karena lintasan Matahari berada di belahan bumi Utara, sebagian besar wilayah Indonesia akan melihatnya sebagai gerhana Matahari sebagian karena posisi Indonesia yang berada di tepi jalur gerhana.
GMC kali ini juga bisa disaksikan di 14 negara Asia-Afrika, seperti Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, Ethiopia, Yaman, Arab Saudi, Oman, Pakisan, India, China, dan Taiwan. Puncak GMC terjadi di Uttarakhand, India utara.
Waktu mulai GMS di Indonesia yakni berada di antara pukul 13.16 WIB di Sabang, Aceh hingga 15.20 WIB di Kepanjen, Malang, Jawa Timur.
Puncak GMS paling cepat terjadi di Sabang pada 14.35 WIB dan paling lambat di Agats, Papua pukul 17.37 WIT.
"Sementara GMS akan berakhir dari pukul 15.07 WIB di Tais, Bengkulu hingga 17.32 WITA di Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara," jelas dia.
Ditambahkan, waktu terjadinya gerhana akan bergantung pada konfigurasi posisi Matahari-Bulan yang teramati di muka Bumi.
"Beberapa kota di Maluku, Papua dan Papua Barat tidak bisa melihat puncak gerhana karena Matahari sudah tenggelam," ujarnya.
Puncak gerhana GMS berlangsung saat bagian Matahari yang ditutupi piringan Bulan mencapai maksimum.
Saat puncak GMS, besaran piringan Matahari yang tertutup Bulan di Indonesia berkisar antara dari 0- 52 persen.
Piringan Matahari yang nol tertutup Bulan berarti tepi Matahari-Bulan hanya akan saling bersentuhan.
"Ini terjadi di daerah yang terletak di pinggir jalur gerhana, seperti Kepanjen, Jatim. Piringan Matahari yang 52 persennya tertutup Bulan bisa dilihat di Melonguane, Sulut. Di sana, Matahari akan terlihat seperti biskuit bulat yang digigit separuh," urai Agus.
Lebih jauh, Agus meminta kepada masyarakat untuk menyaksikan secara mandiri dengan peralatan yang dianjurkan.
• 31 Wilayah di Indonesia yang Bisa Menyaksikan Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020
• Begini Proses Terjadinya Gerhana Matahari Cincin yang Akan Terjadi 21 Juni 2020
Pasalnya, di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang, masyarakat diminta untuk tidak membuat kerumunan guna mencegah penyebaran.
"Karena saat ini masih berlangsung pembatasan aktivitas di luar rumah akibat pandemi Covid-19, pengamatan GMC atau GMS dipastikan tak bisa dilakukan banyak orang," ucap dia.
"Masyarakat juga bisa mengakses tayangan langsung gerhana yang dilakukan sejumlah pihak, seperti Virtual Telescope Project di virtualtelescope.eu atau media sosial dan situs jejaring MY-East Asia Universe Awareness Solar Eclipse," pungkas Agus. (*)
